PBB: Sebanyak 220 Ribu Orang Terjerat dalam Kasus Perdagangan Manusia di Asia Tenggara

JABAR EKSPRES – Sebuah laporan PBB telah mengungkapkan tingkat perdagangan manusia dan kerja paksa dalam industri penipuan online di Asia Tenggara.

Menurut laporan tersebut, yang dirilis pada hari Selasa, geng-geng kriminal telah mengeksploitasi setidaknya 220.000 orang di Myanmar dan Kamboja saja, membuat mereka bekerja dalam kegiatan penipuan seperti skema mata uang kripto dan perjudian online.

Laporan tersebut juga mengidentifikasi perusahaan kriminal serupa di Laos, Filipina, dan Thailand, di mana ribuan orang lainnya mungkin terjebak dalam operasi penipuan.

“Orang-orang yang dipaksa bekerja dalam operasi penipuan ini mengalami perlakuan yang tidak manusiawi dan dipaksa melakukan kejahatan. Mereka adalah korban. Mereka bukan penjahat,” kata Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Volker Turk, seperti dikutip TRT World.

BACA JUGA: Kepolisian Ringkus 414 Tersangka Kasus Perdagangan Orang, Korbannya Ribuan Orang!

Laporan PBB tentang perdagangan manusia dan kerja paksa di industri penipuan online di Asia Tenggara ditentang oleh juru bicara kepolisian Kamboja.

Chhay Kim Khoeun mengatakan bahwa ia belum membaca laporan tersebut dan mempertanyakan keakuratan angka 100.000 orang yang terjebak dalam operasi penipuan di Kamboja. Ia mengatakan bahwa polisi telah menindak kegiatan-kegiatan semacam itu dan menangkap para pelakunya.

“Saya tidak tahu bagaimana menanggapinya, dari mana mereka mendapatkan angka (100.000) itu? Apakah mereka sudah melakukan investigasi? Dari mana mereka mendapatkan data?” kata Chhay Kim Khoeun.

Pemerintah Myanmar yang dikuasai militer tidak menanggapi laporan tersebut.

BACA JUGA: 1800 WNI Jadi Korban Perdagangan Orang ke Luar Negeri, Terbanyak di Operator Judi Online

Sebuah laporan baru dari Kantor Hak Asasi Manusia PBB telah mengungkap skala dan dampak dari industri penipuan online di Asia Tenggara, yang telah berkembang pesat di tengah pandemi Covid.

Laporan yang diterbitkan pada hari Selasa, mengatakan bahwa penutupan kasino telah mendorong geng-geng kriminal untuk mendirikan operasi online yang kurang teregulasi, seperti penipuan kripto dan perjudian online, di seluruh wilayah.

Operasi-operasi ini telah menghasilkan pendapatan miliaran dolar AS setiap tahun, kata laporan itu.

Laporan tersebut juga mengatakan bahwa sebagian besar pekerja di pusat-pusat penipuan ini diperdagangkan dari negara-negara Asia Tenggara lainnya, Cina, Taiwan, dan Hong Kong, serta dari Afrika dan Amerika Latin.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan