JABAR EKSPRES – Ratusan warga Palestina yang berada dalam tahanan Israel telah memulai aksi mogok makan tanpa batas waktu sebagai bentuk protes terhadap kondisi administrasi penjara yang mereka alami.
Lebih dari 1.000 tahanan dari berbagai penjara di Israel telah secara serentak memulai mogok makan pada pukul 7 malam waktu setempat.
Aksi ini dilaporkan sebagai respons terhadap agresi yang mereka anggap terjadi dalam administrasi penjara.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh Ahmed al Kudra, Direktur Kantor Pers Tahanan Palestina, ia menyerukan kepada warga Palestina untuk bersolidaritas dengan para tahanan dan turun ke jalan sebagai tanda dukungan, dilansir dari TRT World.
BACA JUGA: Tentara Israel Kembali Menembak Warga Palestina hingga Tewas dalam Bentrokan di Tepi Barat
Terutama, ia mengimbau kepada warga di Tepi Barat yang diduduki untuk mengorganisir demonstrasi guna mengecam serangan yang mereka anggap brutal terhadap para tahanan tersebut.
Ketegangan meningkat ketika berita tentang penggerebekan di penjara Negev, Israel selatan, dan pemindahan tahanan ke lokasi lain mencuat.
Ini menciptakan atmosfer ketidakpastian yang lebih besar. Namun, hingga saat ini, otoritas Israel belum memberikan tanggapan resmi terkait peristiwa ini.
Menurut sumber Palestina, sekitar 5.000 tahanan Palestina tengah mendekam di penjara-penjara Israel, dengan lebih dari 1.200 di antaranya ditahan tanpa adanya dakwaan atau proses pengadilan yang wajar.
Tindakan mogok makan menjadi salah satu bentuk perlawanan yang sering digunakan oleh tahanan Palestina untuk menuntut kondisi yang lebih baik dan mengakhiri penahanan tanpa batas waktu.
BACA JUGA: PBB Mengutuk Keras Operasi Militer Israel di Jenin Palestina Karena Menewaskan Warga Sipil
Tindakan mogok makan ini terjadi di tengah eskalasi kekerasan yang melanda Tepi Barat yang telah berlangsung selama 15 bulan terakhir.
Wilayah ini telah menjadi saksi meningkatnya serangan Israel dan ketegangan antara penduduk Yahudi dan Palestina.
Puluhan warga Palestina dan Israel telah menjadi korban dalam aksi saling serang ini, menurut laporan PBB.
Perlu diingat bahwa kondisi politik di kawasan ini telah lama dipenuhi dengan kompleksitas dan ketidakpastian.