Duit Kompensasi Bagi Penemu Gading Gajah Purba di Sragen Menimbulkan Kontroversi

JABAR EKSPRES – Ketika warga di Sragen, Jawa Tengah, menemukan fosil gading gajah purba, mereka di janjikan kompensasi duit sebesar lebih dari Rp1 juta sebagai bentuk penghargaan. Namun, nilai kompensasi tersebut memicu kontroversi di kalangan netizen.

Suwita Nugraha, Penjabat Penyelamatan Temuan dan Monitoring Situs Terpadu Sangiran. Mengungkapkan bahwa Museum Sangiran akan memberikan penghargaan kepada Rudy Hartono, penemu fosil gading tersebut karena telah melindungi fosil.

“Sebagai bentuk apresiasi penemu yang melaporkan ada semacam kompensasi atau imbalan dari pihak museum. Nanti kami akan memanggil,” ucap Suwita, Minggu (6/8), di kutip dari detikcom.

Baca juga : Viral! Ini Deretan Fakta Terkait Fenomena Hujan Satu Rumah di Tasikmalaya

Suwita menjelaskan bahwa tim appraisal akan menentukan nominal pasti kompensasi, yang di perkirakan akan melebihi Rp1 juta.

“Nominalnya nunggu tim appraisal dari kantor kami, belum di lakukan karena anggota tim appraisal masih dinas luar. Seperti ini (gading gajah) lebih dari Rp 1 juta, ini sebagai bentuk apresiasi dari pemerintah,” jelasnya.

Suwita juga memperkirakan bahwa fosil gading ini berasal dari gajah yang hidup sekitar 800 ribu tahun yang lalu. Rudy Hartono menemukan fosil gading sepanjang 3,25 meter saat menggali pondasi rumah di Desa Ngebung, Sragen.

Meskipun nominal kompensasi belum pasti, angka lebih dari Rp1 juta ini mendapat beragam komentar dari warganet. Banyak yang berpendapat bahwa jumlah ini terlalu rendah.

Netizen dengan akun @byoruto menulis, “Bisa di tolak gak sih? Lebih baik dijual kepada kolektor, pasti lebih menguntungkan.”

Sementara, Akun @masmasayamkfc berkomentar, “Di luar negeri, penemuan semacam ini sangat di hargai. Bahkan ada yang di beri imbalan hingga 700 juta, sungguh mendadak, padahal yang di temukan hanya taring macan purba.”

Selain itu, akun @rakaputrapr menyoroti bahwa profesi arkeologi di Indonesia belum cukup menjanjikan. Sehingga imbalan seperti ini mungkin di anggap rendah.

Sebuah studi oleh Peter C. Kjærgaard, seorang pakar dari Interdisciplinary Evolutionary Studies di Universitas Aarhus, mengungkapkan bahwa fosil semakin di anggap sebagai objek investasi, seperti seni dan furnitur berharga.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan