Tekan Angka Stunting Hingga 14 Persen, Pemkot Bandung Masifkan Kolaborasi dan Sosialisasi di Masyarakat

JABAR EKSPRES – Kolaborasi Pentahelix dan rembug stunting merupakan beberapa upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung untuk menekan angka stunting di kota tersebut.

Plh Wali Kota Bandung, Ema Sumarna mengatakan bahwa Kota Bandung merupakan kota yang paling mampu menekan angka penyakit itu di Jawa Barat. Dia mengklaim, Kota Bandung dapat menekan 7 persen angka stunting, yakni dari 26 persen menjadi 19 persen.

Walaupun begitu, angka 19 persen itu masih jauh dari angka yang ditargetkan oleh pemerintah pusat, yakni 14 persen.

Penanganan penyakit itu merupakan fokus utama dari rencana pembangunan daerah (RPD) yang tertuang pada Perwal No. 14 tahun 2023 tentang RPD.

“Perwal ini berkenaan dengan masalah tujuan, indikator sasaran, target, sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan daya saing SDM. Di dalamnya mengakomodasi Pemkot fokus menangani permasalahan stunting,” ucap Ema Sumarna saat kegiatan Rembug Stunting, Senin (31/7), dikutip dari Pemkot Bandung.

Lanjutnya, Ema Sumarna merasa optimis bahwa Kota Bandung dapat menurunkan angka stunting hingga target 14 persen. Hal ini berdasarkan kinerja yang telah Pemkot Bandung lakukan selama tahun 2022.

BACA JUGA: Menuju Kota Bandung Zero Stunting, Pencegahan di Kalangan Remaja, Ibu Hamil Hingga Bayi

Dengan adanya kolaborasi antara Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB), Dinas Kesehatan (Dinkes) dan Dinas Pendidikan (Disdik), diharapkan dapat menekan angka stunting.

“Perlakuan terhadap remaja baru 73,71 persen, terutama penerima layanan status anemia. Lalu, para bayi yang dapat ASI eksklusif, ibunya harus bisa benar-benar sehat, sehingga ASI itu memiliki kandungan yang optimal sehingga bayi bisa tumbuh dengan ideal,” ujarnya.

Selain itu, peran masyarakat juga begitu besar dalam membantu keluarga berisiko stunting. Mindset yang telah tertanam di masyarakat harus diubah secara perlahan. Permasalahan seperti rumah layak huni, kawasan kumuh, air bersih, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masih menjadi batu sandungan.

Oleh karena itu, Ema Sumarna mengimbau pentingnya sosialisasi terhadap aplikasi e-penting di masyarakat agar pendataan balita di Kota Bandung dapat dilihat secara real time.

“E-penting adalah pintu awal. Terus kita lakukan update sehingga bisa terlihat progresnya. Dari sana kita bisa cek mana anak yang harus difokuskan untuk penanganan stunting mana yang sudah bagus. Ini bekerja real time,” paparnya. (*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan