Transformasi Pendidikan PAUD Kolaborasi untuk Masa Depan!

JABAR EKSPRES – Transformasi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menjadi salah satu fokus utama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) di Indonesia. Untuk mencapai tujuan ini, kolaborasi dianggap menjadi kunci penting. Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah, Iwan Syahril, menekankan pentingnya kolaborasi antarsekolah, pemerintah daerah, guru, orang tua, dan masyarakat dalam ekosistem PAUD.

“Kita harus memastikan adanya kolaborasi ekosistem PAUD, termasuk sekolah, pemerintah daerah, guru, orang tua, dan masyarakat,” katanya dalam Forum Dialog Kebijakan PAUD ASEAN. Dikutip Jabar Ekspres dari Antaranews.

Baca Juga: Peran Orang Tua dan Guru dalam Meningkatkan Pendidikan Anak!

Forum Dialog Kebijakan PAUD ASEAN di Jakarta menjadi wadah untuk membahas isu-isu dalam sektor pendidikan anak usia dini. Dalam forum tersebut, terungkap bahwa masih terdapat permasalahan dalam ekosistem guru PAUD. Marek Tesar, perwakilan dari University of Auckland, mengidentifikasi beberapa masalah utama, termasuk kurangnya apresiasi terhadap guru. Hal ini tercermin dalam upah guru yang rendah, minimnya kesempatan peningkatan profesionalisme, tingkat kelelahan dan stres yang tinggi, ketidaksetaraan gender dalam peran kepemimpinan, serta kesenjangan ras dan etnis.

Untuk mengatasi masalah ini, Marek memberikan beberapa rekomendasi. Pertama, perlu dilakukan advokasi untuk keadilan dan peningkatan alokasi dana bagi guru. Selanjutnya, perlu fokus pada pendidikan awal, inovasi pedagogi, serta kolaborasi yang erat dengan orang tua dan komunitas.

University of Auckland juga berkolaborasi dengan serikat guru dan SEAMEO CECCEP untuk memastikan hak-hak anak atas lingkungan belajar yang baik terpenuhi. Ini bertujuan agar anak-anak dapat menjadi pelajar sepanjang hayat. Di samping itu, Direktur SEAMEO CECCEP, Vina Adriany, menyoroti perluasan model pembelajaran yang sesuai dengan konteks sosial dan budaya setempat.

Vina menekankan bahwa pelatihan guru harus menghindari pendekatan satu pakem yang dominan. Sebaliknya, model pembelajaran harus mencerminkan keberagaman dan mempertimbangkan aspek sosial serta budaya. Dalam upaya ini, pihaknya selalu mendengarkan suara-suara dari para guru untuk memberikan pelatihan yang relevan dan meningkatkan kemampuan mereka.

Selain itu, guru juga perlu diberdayakan melalui peluang untuk bertemu dengan rekan seprofesi dan berbagi pengalaman serta praktik mengajar yang efektif. Dengan begitu, guru dapat saling memberi dukungan dan meningkatkan kualitas pendidikan di lingkungan PAUD.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan