Siswa Sekolah Dasar IT di Bandung Barat, Belajar dengan Kondisi Memprihatinkan!

BANDUNG BARAT – Keberadaan sekolah dasar di Kampung Pangheotan, Desa Mandalamukti, Kecamatan Cikalong Wetan Kabupaten Bandung Barat kondisinya sangat memprihatinkan.

Kondisi ruangan untuk belajar terlihat seadanya. Para siswa sekolah dasar merupakan warga kampung yang kebanyakan berasal dari masyarakat kalangan petani.

Sekolah Dasar ini dikelola Yayasan Fabilillah yang terketuk ingin menghadirkan pendidikan untuk anak-anak desa.

BACA JUGA: Pertontonkan Ciuman Sesama Jenis Grup Band The 1975 Didepak dari Malaysia!

Letak kampung pangheotan sendiri sangat terpencil. Jarak antar kampung di desa Mandalamukti berjauhan. Sehingga sangat menyulitkan bagi anak-anak setempat mengenyam pendidikan.

Letak sekolah dasar negeri di wilayah itu ada di Desa Girimukti. Jaraknya 4 Kilometer dari Kampung Pangheotan.

Masyarakat Kampung Panheotan sendiri membutuh waktu lama jika ingin mendatangi kantor desa.

Yayasan Fabilillah mendirikan Sekolah Dasar (SD) IT Permata dengan biaya yang didapatkan dari donatur.

BACA JUGA: Viral! Usaha franchise Neynisfood Kirim Buah Busuk ke Mitra Bisnis

Abdul Somad (45) Ketua Yayasan Fabilillah di SD IT Permata mengakui, sekolah dasar IT Permata sempat ditutup karena tidak ada masyarakat yang mau menyekolahkan anaknya.

Anak-anak harus berjalan kaki paling dekat 2 kilometer untuk bisa sampai ke SD Negeri Girimukti.Sedangkan SD Negeri Pangheotan 1 jaraknya 4 kilometer.

‘’Dulu bocah-bocah SD di sini berangkat jam 5 subuh jalan kaki biar gak terlambat,” ujar Abdul Somad.

Sekolah itu baru buka kembali pada tahun ajaran 2023-2024, setelah Yayasan Fabilillah selesai membangun ruang belajar alakadarnya.

Kondisi sekolah dasar IT Permata hanya memiliki 4 ruang kelas yang digunakan untuk belajar siswa. Tidak ada ruang guru di sekolah itu.

Menurut Abdul Somad, minat anak-anak sekolah di Kampung Pangheotan sebetulnya sangat tinggi.

BACA JUGA: Kembangkan Buah Anggur Selepas Tugas jadi Babinsa

Atas dasar itu lah, Abdu Somad bersama keluarganya merasa berkewajiban untuk memberikan pendidikan kepada warga kampung.

Lembaga pendidikannya sendiri sebetulnya sudah dibangun sejak 2013 silam.

Untuk kelas 5 ruangan untuk belajar masih setengah jadi. Sementara kelas 1 muridnya hanya 14.

‘’Anak kelas satu belajarnya di dalam rumah saya, di ruang tengah karena sedikit masih ketampung,” tuturnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan