Inilah Alasan Dibangunnya Monumen Lingga Kabupaten Sumedang!

JABAR EKSPRES, SUMEDANG – Monumen Lingga nerupakan bangunan cagar budaya yang bertempat di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

Bangunan ini berdiri pada masa Hindia-Belanda untuk mengenang jasa Bupati Sumedang, Pangeran Aria Suria Atmadja (1883 – 1919).

Berdasarkan data yang dihimpun JabarEkspres.com pada Selasa, 18 Juli 2023, bangunan yang berada di Alun-alun Sumedang itu diresmikan pada 25 April 1921.

Kala itu, Hindia Belanda diperintah oleh Gubernur Jenderal, Dr. Dirk Fock.

Ide pembangunan Monumen Lingga sendiri berawal dari sebuah paguyuban yang mencintai akan sosok Pangeran Suria Atmadja. Sesuai yang tertulis dalam surat kabar Prengerbode edisi Rabu, 10 Agustus 1922.

Baca juga: Wali Kota Depok Diduga Margonda Sentris, Ini Faktanya!

De vereeniging ter herdenking van de nagedachtenis van Pangeran Aria Soeria Atmadja heeft thans circulaires en inteeken-lijsten rondgezonden, teneinde vrienden en vereerders van wijlen den regent in de gelegenheid te stellen, bij te dragen tot een blijvende nagedachtenis,” tulis surat kabar Prengerbode edisi Rabu, 10 Agustus 1922.

Tulisan di atas memiliki makna, Paguyuban Peringatan Pangeran Aria Soeria Atmadja telah mengedarkan surat edaran serta pendaftaran bagi rekan-rekan dan pengagum mendiang bupati agar berkontribusi atau berpartisipasi dalam membuat kenangan yang abadi.

Yayasan yang tujuan pertamanya tidak lain untuk membangun sebuah monumen peringatan itu, mendapat naungan dari Gubernur Jenderal, terbentuk dari paguyuban pangeran Stichting (Yayasan Pangeran) atau dua bulan sepeninggalan beliau.

Hal itu lantaran sosoknya konon, sangat dihormati di seluruh Jawa atas segala yang telah dikerjakannya. Selain itu, citra akan sosoknya pun dikenal sangat baik dimata Gubernur Jenderal Dirk Fock.

Komite Pangeran-Stichting sendiri terdiri dari A. J. H. Eijken sebagai ketua (Residen Priangan), C.A. de Munnick selaku sekretaris (Asisten Residen Sumedang) dan I. de Vries sebagai bendahara (pengurus Soemedarigsche Afdeelingsbank.

Lalu, ada Mas Hadji Abdulmanan (naib Tandjoengsari), H. C. H. de Bie (mantan inspektur pendidikan pertanian), A.J.N. Engelenberg (mantan residen, anggota Volksraad), Raden Kartakusuma (Wedana Tanjungsari), Raden Toemenggoeng Koesoemadilaga (Bupati Sumedang), A. E. Reijnst (Ketua Soekaboemische Landbouw – vereeniging), Raden Sadikin (guru pertanian pribumi), dr. HJ van der Screwf (dokter hewan pemerintah), Soemadiria (petani dan peternak), dan Raden Adipati Wiratanoeningrat (Bupati Tasikmalaja).

Tinggalkan Balasan