JABAR EKSPRES – Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang disebut-sebut memiliki hubungan dengan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar), Ahmad Mushadeq.
Dugaan adanya hubungan antara Panji Gumilang dan pimpinan Gafatar, Ahmad Mushadeq sempat diungkap oleh mantan pengurus Ponpes Al Zaytun, Ken Setiawan.
Sebelumnya, dikutip dari berbagai sumber, Ken Setiawan sempat membeberkan sejarah berdirinya Ponpes Al Zaytun yang dipimpin oleh Panji Gumilang tersebut, lalu ia mengatakan bahwa ada kaitannya dengan pimpinan Gafatar, Ahmad Mushadeq.
BACA JUGA: Ridwan Kamil Angkat Bicara Soal Penyelesaian Polemik Ponpes Al Zaytun, Gubernur Jabar: Langkah Pemerintah Akan Diumumkan Mahfud MD
Tidak hanya itu, Ken Setiawan juga mengatakan bahwa Ponpes Al Zaytun merupakan produk dari Negara Islam Indonesia atau NII.
Sementara itu, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo mengungkapkan bahwa Gafatar merupakan cikal bakal NII.
Adapun Gafatar muncul, lanjutnya, setelah dua tokoh NII pecah kongsi yakni Panji Gumilang dan Ahmad Mushadeq.
” Proses terbentuknya ormas Gafatar dimulai dari pecahnya antara Ahmad Musadeq dengan Panji Gumilang.
Keduanya adalah anggota NII,” kata Tjahjo Kumolo kepada awak media, dikutip JabarEkspres.com pada Senin, 26 Juni 2023.
Hal tersebut diungkap Mendagri pada saat di Jakarta, Rabu, 13 Januari 2015 lalu.
Mantan pengurus Ponpes Al Zaytun, Ken Setiawan pun kemudian sempat membeberkam fakta lainnya soal Panji Gumilang dan Ahmad Musadeq.
Menurut keterangannya, Panji Gumilang dan Ahmad Mushadeq merupakan pengikut pendiri gerakan NII Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo.
Namun, kata Ken Setiawan, keduanya tidak sejalan meskipun satu aliran.
Sehingga, Panji Gumilang dan Ahmad Mushadeq pecah kongsi dan memilih jalan masing-masing.
Seperti diketahui bahwa kemunculan sosok Ahmad Mushadeq sempat menghebohkan publik.
Lantaran ia membentuk Al Qiyadah Al Islamiyah, lalu berubah menjadi Komunitas Millah Abraham, dan terakhir Gafatar.
Pada tahun 2006 lalu, Ahmad Musadeq mengaku sebagai Nabi, hal ini semakin membuat publik geram dan resah.
Pada Mei 2016, Ahmad Mushadeq dan pimpinan Gafatar lainnya ditangkap polisi akibat tindakannya tersebut.
Mereka pun diketahui bukan hanya melakukan penistaan agama, tapi juga berencana makar