JABAR EKSPRES — Antisipasi dampak fenomena El Nino, Badan Meteorologi, Klimatologi, Geofisika (BMKG) Bandung mengimbau untuk lebih siap menghadapi dampak musim kemarau yang diperkirakan bersifat bawah normal atau lebih kering dibanding biasanya.
Pengamat Meteorologi Dan Geofisika (PMG) Madya BMKG Stasiun Geofisika Kelas I Bandung, Neneng Sugianti menyebutkan, El Nino akan terjadi pada bulan Juni.
Sementara untuk Kota Bandung akan mulai memasuki Musim Kemarau pada Mei dasarian II hingga Oktober 2023. Puncak musim kemarau akan terjadi pada Agustus 2023.
“Berdasarkan pantauan BMKG Bandung, terjadi penurunan jumlah curah hujan dasarian di beberapa pos pengamatan curah hujan,” kata Neneng, Rabu 21 Juni 2023.
Ia juga menyebutkan, puncak musim hujan Kota Bandung akan terjadi pada Juli dan Agustus, nilai curah hujan klimatologisnya merupakan 73 mm dan 54 mm berturut-turut. Hal ini membuktikan bahwa hujan tetap terjadi bahkan pada puncak musim kemarau sekalipun.
Menurutnya, El Nino akan membuat musim kemarau berpeluang lebih lama terjadi di wilayah Bandung Raya.
Secara volume, atau jumlah curah hujan, membuat musim kemarau menjadi lebih kering dibandingkan kondisi klimatologisnya.
Merespon hal itu, Neneng mengimbau agar masye7arakat waspada pontensi bencana hidrometeorologi tetap ada. Meningkatkan kewaspadaan kepada potensi kejadian bencana hidrometeorologi seperti angin puting beliung, kekeringan, serta kebakaran hutan dan lahan.
Masyarakat lebih optimal menyimpan air pada akhir musim hujan ini untuk memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi, serta penyimpanan air buatan lainnya. Hal tersebut, bisa dilakukan dengan gerakan memanen air hujan atau melakukan manajemen air bersih dan melakukan hemat air.
“Sehingga pada puncak musim kemarau, masyarakat bisa lebih siap menghadapi bencana hidrometeorologis yang mungkin terjadi,” jelas Neneng.
“Terpenting, masyarakat tidak perlu panik dengan isu El Nino namun tetap mengikuti perkembangan informasi iklim dari BMKG,” tambahnya.