Ternyata Ponpes Al Zaytun Pimpinan Panji Gumilang Buatan Intelijen?

JABAREKSPRES – Pondok Pesantren Al Zaytun yang dipimpin oleh Panji Gumilang kembali menjadi sorotan publik dengan hal-hal kontroversialnya.

Banyak sekali penyimpangan yang dilakukan di Pondok Pesantren Al Zaytun di bawah pimpinan Panji Gumilang.

Salah satu penyimpangan yang sebelumnya viral yaitu aksi Panji Gumilang mengajarkan salam Yahudi kepada para pengikutnya.

Namun tak banyak orang tahu asal usul dari Ponpes Al Zaytun, oleh karena itu mari kita ulas melalui artikel ini.

Orde Baru

Membahas Ponpes Al Zaytun tentu kita harus menarik mundur ke belakang melihat apa yang telah terjadi. Pada saat Soeharto berkuasa gerakan kiri berhasil dibungkam olehnya.

Kemudian untuk berjaga-jaga supaya gerakan kelompok Islam tidak bangkit maka dibuatlah antisipasi.

Soeharto menginstruksikan kepada Ali Murtopo dengan LB Moerdani dan Hendro Priyono membuat sebuah lembaga Islam yang terkesan ekstrim.

Tujuannya untuk menjaring bibit-bibit gerakan orang-orang radikal. Kemudian dipilihlah salah satu agen intelijen yaitu Abu Toto.

Abu Toto diberi anggaran yang cukup besar untuk bisa menopang pembangunan jaringan Negara Islam Indonesia KW 9.

Baca Juga: 5 Tanda-Tanda Akhir Zaman, Sudah Terjadi Sekarang?

Sejarah Singkat NII

Apabila melihat dari sejarah NII, Kartosoewirjo mendirikan NII di Jawa Barat pada saat kekuasaan lagi kosong (vacum of power).

Perjanjian Renville pada 1948 yang merugikan RI membuat Kartosoewirjo jengah. Hasil dari kesepakatan tersebut cuma ada dua kemerdekaan yang diakui Belanda yaitu wilayah Jawa dan Sumatra.

Sementara untuk Jawa Barat tidak diakui sebagai wilayah RI. Karena itulah divisi Siliwangi melakukan long march ke Ibu Kota Yogyakarta.

Akan tetapi sebagian laskar yang berada di Jawa Barat tak mau begitu saja melepaskan wilayahnya kepada pihak kerajaan Belanda.

Inilah awal munculnya NII yang memanfaatkan kekosongan kekuasaan kemudian mendirikan NII. Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo kemudian menghimpun seluruh pasukannya dan mendirikan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia. Markasnya berada di wilayah Garut-Sukabumi-Tasikmalaya.

Singkat cerita NII pun tetap eksis ketika pemerintahan RI sudah kembali ke Jakarta, setelah melalui masa-masa sulit di wilayah Yogyakarta.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan