SEBANYAK 542 warga negara Indonesia (WNI) berhasil diselamatkan pemerintah, pasca terjadinya konflik militer di Sudan.
Konflik yang melanda negeri tersebut, berlangsung sejak 15 April 2023. Adapun penyelamatan WNI itu masih merupakan tahap pertama evaksuasi.
Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, Judha Nugraha mengungkapkan, kini 542 WNI itu tengah diungsikan ke wilayah aman.
“Sedang dalam perjalanan dari Port Sudan menuju Jeddah, Arab Saudi,” ungkap Judha, melansir Disway.id, pada Jumat (28/4).
Jeddah untuk sementara, kata Judha, akan menjadi tempat singgah ratusan WNI tersebut sebelum diterbangkan ke tanah air.
Evakuasi kedua
Dirinya menuturkan, jumlah WNI yang dievakuasi pada tahap pertama diketahui bertambah dari 538 orang.
Sementara itu menurut angka yang diumumkan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi pada Senin 24 April 2023, menjadi 542 orang.
Menurut Judha, tambahan angka tersebut adalah mahasiswa Indonesia yang bergabung dengan tim KBRI Khartoum dan WNI evakuasi lainnya di Port Sudan melalui jalur lain.
“Sementara itu evakuasi tahap kedua sedang dilaksanakan dari Khartoum ke Port Sudan,” jelas Judha.
Penyelamatan WNI dari Sudan disebut Menlu Retno tidak mudah, karena dilakukan di tengah pertempuran yang masih terus berlangsung antara militer Sudan (SAF) dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF).
Mengingat situasi di lapangan yang sangat cepat berubah dan adanya pembatasan bahan bakar bagi kendaraan pengangkut para warga negara asing yang dievakuasi, maka Indonesia tidak bisa mengevakuasi seluruh WNI dalam sekali jalan.
Dalam evakuasi tahap kedua, pemerintah berencana mengevakuasi 298 WNI, meskipun mungkin jumlahnya akan bertambah, setelah Menlu RI mengimbau WNI lainnya untuk segera melapor diri ke KBRI untuk juga dievakuasi dari Sudan.
Berdasarkan data KBRI Khartoum, tercatat 1.209 WNI yang tinggal di Sudan. Sebagian besar dari mereka adalah pelajar dan mahasiswa yang berdomisili di Ibu Kota Khartoum.
Keberadaan dan keselamatan para WNI di Sudan menjadi perhatian karena Khartoum dan wilayah sekitarnya adalah titik utama pertempuran antara SAF dan RSF.