Semakin Banyak Warga Arab Saudi Memilih Jadi Ateis, Ini Penyebabnya

JABAR EKSPRES – Arab Saudi, merupakan negara terletak di Timur Tengah, yang dikenal sebagai negara umat Islam paling banyak dan sebagai meyebar agama islam di dunia. Namun, saat ini ramai bahwa banyak warga Arab Saudi memilih menjadi Ateis.

Ateis sendiri, merupakan padangan dari filosofi yang tidak percaya adanya keberadan Tuhan, dan memilih untuk tidak beragama.

Istilah Ateis atau ateisme ini berasal dari bahasa Yunani yaitu atheos istilah yang digunakan untuk merajuk pada siapapun yang kepercayaanya itu bertentangan dengan agama manapun.

BACA JUGA : Cara Cek 7 Link CCTV Ruas Jalan Dengan Mudah Untuk Pantau Arus Mudik Lebaran 2023

Orang yang memilih untuk ateis itu sangat berbahaya. Sebab, pemikirannya bebas, skeptisisme ilmiah, dan kritik terhadap agama.

Orang pertama kali mengaku sebagai ateis muncul pada abad ke-18, dan sekarang ada dibeberapa negara sebagian mengaku sebagai ateis, yaitu penduduk Jepang mengaku tidak beragama, sekitar 48% orang rusia juga mengaku ateis, dan sekarang termasuk beberapa warga Arab Saudi memilih menjadi ateis.

Mengacu pada Pew Research Center, tahun 2015 terdapat 317 juta umat Muslim atau sekitar 93% yang tinggal di beberapa negara yang tersebar di Arab Saudi

BACA JUGA : Harga Tiket Bus Terus Naik, Kepala Terminal Dishub Bandung: Itu Bukan Kewenangan Kami, Kita Hanya Mengawasi

Namun, saat ini banyak warga Arab Saudi mengklaim dirinya sebagai ateis. Hal ini, sudah terjadi beberapa tahun kebelakang, yang nyebut dirinya sebagai ateis atau agnostik.

Dari sejumlah data yang dilihat dari berbagai sumber, melihat bahwa semakin banyak jumlah warga Arab Saudi sebagai ateis.

Data ini berdasarkan dari Universitas Boston yang meneliti tentang data agama dunia 2020, termasuk negara Arab Saudi yang menganut agama Islam itu sekitar 31,5 Juta, 2,1 Juta Bergama Kristen, 242 ribu mengklaim sebagai ateis, dan 114 ribu beragama Buddha.

Data itu tertuang dalam laporan berjudul “2021 Report on International Religious Freedom: Saudi Arabia” yang dirilis di oleh Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat pada Juni 2022 lalu.

BACA JUGA : Jelang Lebaran, Pedagang Oleh-Oleh Bandung Dibanjiri Pembeli

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan