JABAR EKSPRES- Dalam ungkapan lain di sebutkan bahwa do’a merupakan senjata bagi orang mukmin. Namun ternyata do’a juga bisa menjadi tumpul apabila orang mukmin mencampurkan do’a dengan dosa.
Karena hakikatnya, kekuatan do’a itu ketika di iringi dengan kebaika-kebaikan. Maka dari itu, energi fositif do’a tidak boleh di satukan dengan energi negatif.
Kita mesti menjaga perbuatan dan makanan yang halal. Hal ini sering di singgung ole para ulama ataupun para sahabat. Sebab apabila makanan haram masuk ke dalam tubuh, akan berdampak pada tumpulnya do’a-do’a kita.
Berikut adalah kisah yang menunjukan bahwa do’a merupakan kekuatan yang sangat hebat, namun bisa tumpul jika perut dimasuki makanan yang tidak halal.
Jarang sekali ada gubernur yang bisa bertahan lama di Irak. Jika tidak terbunuh, mereka mati karena penyakit yang sangat ganas, seperti yang dialami oleh Ziyad ibn Sumayyah, gubernur Irak pada masa Mu’awiyah ibn Abu Sufyan.
Konon, penduduk Irak akan mendoakan hal-hal yang buruk untuk pemimpin-pemimpin yang tidak me- reka sukai. Sejak masa ‘Umar sampai Dinasti Umayyah, mereka selalu bermasalah dengan gubernur mereka.
Namun, berbeda dengan Al-Hajjaj ibn Yusuf, yang men- jadi gubernur Irak selama 20 tahun. Hampir tidak ada rakyat Irak yang menyukainya.
Dia merupakan gubernur paling kejam, gampang membunuh, dan memenjarakan puluhan ribu orang Irak hanya karena kesalahan yang tidak berarti.
Apa resep Al-Hajjaj ibn Yusuf hingga bisa bertahan? Selain menerapkan jurus politik yang keras dan penuh siaga, ternyata Al-Hajjaj juga menerapkan jurus aneh yang tidak masuk akal, menurut kalkulasi politik.
Untuk membendung kerasnya tipikal rakyat Irak, Al-Hajjaj me- nerapkan penjagaan, pengawalan, serta hukuman yang ketat dan keras. Ini merupakan langkah yang lazim dan lumrah.
Namun, ada langkah lain yang tidak lazim tetapi mujarab, yaitu membendung ketajaman doa rakyat Irak. Diceritakan pada awal berkuasa di Irak, Al-Hajjaj ibn Yusuf menginstruksikan agar rakyatnya berkumpul di masjid dan membawa sebutir telur ayam.