MAJALAH satir Prancis, Charlie Hebdo sekali lagi mendapat kecaman karena komik strip provokatifnya yang terbit pada 7 Februari 2023.
Mereka memicu kemarahan di media sosial setelah menerbitkan kartun yang menyoroti gempa berkekuatan 7,8 SR yang menewaskan ribuan orang di Turki dan Suriah.
Gambar yang dibuat oleh seniman Pierrick Juin itu, menunjukkan bangunan yang tertatih-tatih di tengah tumpukan puing dengan tulisan: “Tidak perlu mengirim tank.”
Tak ayal, kartun dari Charlie Hebdo tersebut bikin heboh. Warganet lantas menyerang kolom komentar akun Twitter @Charlie_Hebdo_ dalam cuitan yang mengunggah karikatur itu.
Warganet mengatakan, kartun Charlie Hebdo mengolok-olok tragedi yang berdampak pada jutaan orang di dua negara.
Mereka lantas menyebut gambar itu “menjijikkan”, “memalukan”, “menjijikkan”, dan mirip dengan “ujaran kebencian”.
Di antaranya, cendikiawan muslim Amerika Serikat, Omar Suleiman. Dia menilai bahwa Prancis ‘berhasil’ merendahkan umat Islam.
“Mengejek kematian ribuan Muslim adalah puncak dari bagaimana Prancis telah merendahkan kita dalam segala hal,” cuit Omar dilansir dari Al-Jazajeera, Jumat (10/2).
Sementara itu, seorang wanita bernama Sara Assaf, menarik dukungannya terhadap Charlie Hebdo. Hal ini berkaitan dengan tragedi terorisme pada 2015 silam.
Dimana markas dari majalah satir tersebut, mendapat serangan teroris yang terafiliasi al-Qaeda.
Tragedi itu menewaskan 12 orang, sebuah balasan atas karikatur Nabi Muhammad yang diterbitkan Charlie Hebdo.
“Je ne suis plus Charlie” (Saya bukan lagi Charlie), tulis Sara.
Kalimat demikian mengacu pada slogan “Je suis Charlie” (Saya Charlie) yang diadopsi para simpatisan, setelah serangan terorisme pada 7 Januari 2015 itu.
“Kami bersamamu selama rasa sakitmu (tragedi terorisme). Apa yang kita alami sekarang adalah bencana bagi umat manusia!” kata seorang pengguna Twitter.
Namun akibat karikatur satir gempa Turki, warganet tersebut menegaskan, tragedi yang memakan korban ribuan orang itu, bukanlah sebuah humor.
Padahal, diketahui bahwa saat terjadi tragedi penembakan di kantor Charlie Hebdo, banyak warga Turki melakukan pawai dukungan. Bersatu di belakang kampanye “Je suis Charlie”.
Akan tetapi, tak ada balasan yang sepadan. Ibarat air susu dibalas air tubah. Pawai-pawai dukungan mereka justru hanya dibalas dengan apa yang dianggap banyak orang sebagai cemoohan.