Nunut Besar

 

Pryadi Satriana

Satu per satu orang2 terdekat meninggalkan kita, sehingga yg terakhir ada adalah Tuhan/Gusti/Allah/God/Tian/Hyang, dsb. Terserah sebutan Anda. Cara “menghubungi”Nya pun beda2. Ada yg “bengak-bengok pake TOA”, dan kadang “merasa punya ‘hak’ mbrebek’i tetangga”. Ada yg dengan ‘laku eling kan waspada’. Ada yg berdoa di gereja. Ada yg berdoa ke kelenteng. Jadi …, kalau Pak Dis diminta ‘meletakkan simbol Dewa’ di kelenteng, kalau Anda ‘menghargai Pak Dis’, mestinya Anda ya ‘menghormati’ baik Pak Dis maupun ‘pihak kelenteng’ yg telah ‘memberi kehormatan khusus’ kepada Pak Dis. Lha kalau Anda ‘nggunem’ yg dilakukan Pak Dis itu ‘syirik’-lah … ‘musyrik’-lah … itu berarti Anda ‘ndhak kenal’ Pak Dis, siapa pun Anda atau sedekat apa pun hubungan darah atau kekerabatan Anda dg Pak Dis. Dan lagi, Anda tentu sudah tahu bahwa hak penghakiman hanya ada pada Allah. Lha opo Pak Dis mbok anggep ora ngerti iku? Jadi, percuma Anda ‘sok menasihati’ Pak Dis tentang yg telah dilakukan Pak Dis di kelenteng itu, lha wong pada hakikatnya Anda telah ‘menghakimi’ Pak Dis! Wis ta, ra usah ‘buang2 waktu’ untuk ‘menasihati’ Pak Dis. Gak2 lek direken karo Pak Dis. Saran saya, nasihatilah diri sendiri – selama masih merasa jadi ‘manusia’ yg berdosa – sebelum menasihati orang lain.

 

Pryadi Satriana

Satu per satu orang2 terdekat meninggalkan kita, sehingga yg terakhir ada adalah Tuhan/Gusti/Allah/God/Tian/Hyang, dsb. Terserah sebutan Anda. Cara “menghubungi”Nya pun beda2. Ada yg “bengak-bengok pake TOA”, dan kadang “merasa punya ‘hak’ mbrebek’i tetangga”. Ada yg dengan ‘laku eling kan waspada’. Ada yg berdoa di gereja. Ada yg berdoa ke kelenteng. Jadi …, kalau Pak Dis diminta ‘meletakkan simbol Dewa’ di kelenteng, kalau Anda ‘menghargai Pak Dis’, mestinya Anda ya ‘menghormati’ baik Pak Dis maupun ‘pihak kelenteng’ yg telah ‘memberi kehormatan khusus’ kepada Pak Dis. Lha kalau Anda ‘nggunem’ yg dilakukan Pak Dis itu ‘syirik’-lah … ‘musyrik’-lah … itu berarti Anda ‘ndhak kenal’ Pak Dis, siapa pun Anda atau sedekat apa pun hubungan darah atau kekerabatan Anda dg Pak Dis. Dan lagi, Anda tentu sudah tahu bahwa hak penghakiman hanya ada pada Allah. Lha opo Pak Dis mbok anggep ora ngerti iku? Jadi, percuma Anda ‘sok menasihati’ Pak Dis tentang yg telah dilakukan Pak Dis di kelenteng itu, lha wong pada hakikatnya Anda telah ‘menghakimi’ Pak Dis! Wis ta, ra usah ‘buang2 waktu’ untuk ‘menasihati’ Pak Dis. Gak2 lek direken karo Pak Dis. Saran saya, nasihatilah diri sendiri – selama masih merasa jadi ‘manusia’ yg berdosa – sebelum menasihati orang lain.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan