Parah! Kekerasan Anak di Bogor Menanjak, Ini Penyebabnya

BOGOR – Kasus kekerasan anak di Kota Bogor semakin merajalela dan perlu mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor.

Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Bogor melalui Unit Pelayanan Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) mencatat, ada sekitar 60 kasus kekerasan anak di Kota Bogor yang terjadi pada 2022.

“Kekerasan anak di Kota Bogor memang mengalami peningkatan sampai dengan bulan Desember tahun lalu hampir sekitar 60 kasus anak yang dilaporkan ke kami,” ungkap Kepala DP3A Kota Bogor, Iceu Pujiati kepada JabarEkspres.com dikutip Rabu, 18 Januari 2023.

Namun, kata dia, jumlah tersebut tidak menunjukkan angka yang sebenarnya karena masih banyak kekerasan anak di luar laporan yang diterima DP3A.

Dirinya merinci, dari 60 kasus itu, anak yang menjadi korban kekerasan beragam. Mulai dari anak di bawah lima tahun (Balita) hingga usia 9 tahun ke atas.

“Rata-rata di usia balita, juga ada sih 5 tahun yang mengalami kekerasan seksual, jadi luar biasalah. Yang dominan 9 tahun ke atas, tapi ada juga yang balita,” bebernya.

Menurutnya, hal itu harus menjadi perhatian semua pihak dalam menciptakan keamanan bagi anak-anak sebagai generasi penerus bangsa, terlebih Kota Bogor bercita-cita menjadi kota layak anak.

“Harus menjadi perhatian kita semua tidak saja hanya pemerintah tapi seluruh unsur masyarakat yang mesti betul-betul memperhatikan terkait dengan perlindungan anak ini,” serunya.

Pihaknya mendorong dan mewanti-wanti para orangtua agar memberi perhatian lebih terhadap adanya potensi kekerasan anak yang di awali dari bermain gadget alias smart phone.

Sebab, berdasarkan hasil evaluasi DP3A, tak sedikit kasus kekerasan anak yang di awali dari perkenalan melalui media sosial yang ironisnya berujung pada kasus kekerasan.

“Jadi kekerasan-kekerasan ini banyak yang dimulai dari perkenalan anak di media sosial. Misalkan di IG, Facebook, Twitter akhirnya mereka bertemu dan akhirnya terjadilah kekerasan-kekerasan seksual. Jadi harus hati-hati dan orangtua juga sekarang perlu betul-betul mengawasi anak-anak kita semuanya” tegasnya.

Menyikapi itu, Iceu mengaku pihaknya terus menggencarkan sejumlah ikhtiar melalui program untuk mengedukasi sejumlah pihak, khususnya para orangtua.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan