Sebaliknya kalau Iran kelak mampu menyedot gas itu besar-besaran gas milik Qatar pun kesedot Iran. Mereka bisa saling sedot-sedotan. Qatar menyedot dari barat, Iran menyedot dari timur. Tinggal siapa yang lebih kuat menyedotnya.
Sekarang ini Iran juga sudah mulai ikut menyedot. Kecil-kecilan. Untuk rakyat Iran sendiri. Tiap rumah di Iran dapat aliran gas lewat pipa langsung ke dapur masing-masing. Toh kalau Iran mampu menyedot lebih dari itu tidak bisa juga menjual ke negara lain. Diblokade oleh Amerika Serikat.
Sebenarnya Iran bisa memperpanjang pipa gasnya ke Pakistan yang lagi dahaga energi. Atau masuk ke Afghanistan yang miskin. Tapi itu akan membuat Amerika marah besar.
Untuk menjual ke negara lain, Iran harus mengubah gas itu menjadi gas-cair (LNG). Membangun instalasi LNG itu sangat mahal. Teknologinya juga sangat tinggi. Tanpa kerja sama dengan Barat, atau Jepang, sulit dilakukan.
Tapi Iran nekat. Iran mencoba membangun sendiri instalasi LNG di dekat pantai yang menghadap ke Qatar. Instalasi tersebut sekarang, mestinya, sudah jadi. Sewaktu saya ke sana sekian tahun lalu sedang dikerjakan. Amat pelan. Saya lihat ada alat berat yang bertulisan made in Amerika di proyek LNG tersebut. Mungkin alat berat sisa lama yang masih bisa diperbaiki.
Kalau Iran bisa membantu energi untuk Pakistan (dan Afghanistan), kemiskinan di dua negara itu bisa teratasi. Tentu ada yang takut kalau Pakistan dan Afghanistan bangkit.
Maka Qatar nyaris sendirian menyedot danau gas yang terbesar di dunia itu. Padahal penduduk Qatar hanya 11-12 dengan Singapura. Bahkan yang ber KTP Qatar hanya separonya: sekitar 2,5 juta orang. Selebihnya orang asing: banker, eksekutif, konsultan dan buruh kasar. Beberapa orang Indonesia bekerja di tambang minyak dan gas di sana.
Maka membangun 8 stadion baru untuk Piala Dunia tidak ada artinya. Termasuk pun bila salah satunya akan langsung dibongkar begitu Piala Dunia selesai.
Mungkin Pak Jokowi bisa merayu Raja Qatar untuk memindahkannya ke Kanjuruhan. Daripada dipindah ke Uruguay. Pak Jokowi bisa saja berjanji tidak akan mengalahkan sepak bola Qatar sepanjang stadion itu masih berdiri. Pun kalau tim Indonesia masuk Piala Dunia kelak: tidak akan berlaku seperti Equador yang sampai hati mempermalukan Qatar 0-2 di depan Rajanya sendiri, di acara pembukaan pula.