Pengmas FKG Unjani Beri Penyuluhan Kelainan Gigitan dan Perawatan Ortodontik

Jabarekspres.com – Tim Dosen Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) melakukan kegiatan pengabdian masyarakat .

Dalam kegiatan yang bekerja sama dengan LPPM Unjani itu, tim yang terdiri dari Dekan FKG drg Hillda Herawati, Sp Ort, drg. Marlin Himawati, Sp.Ort, MDSc., drg Henri Hartman, Sp. KGA dan drg Rhabiah El Fithriyah, Sp. KGA, serta dibantu oleh dua mahasiswa Co-ass Adinda Habibah sebagai MC dan Mutia Triyanti sebagai bagian teknis dan dokumentasi, memberikan penyuluhan macam-macam dan contoh kelainan gigitan kepada siswa SMAN 1 Tidore Kepulauan.

Pengmas FKG Unjani
Siswa Siswi SMAN 1 Tidore Kepulauan, Peserta Zoom Meeting Penyuluhan Kelainan Gigitan dan Perawatan Ortodontik

Hilda mengatakan, penyuluhan tersebut bertujuan agar masyarakat tidak sembarangan melakukan perawatan ortodontik kepada tukang gigi. Sebab, akan berakibat buruk dari perawatan tersebut.

“Para peserta antusias mengikuti kegiatan. Bahkan beberapa dari mereka semangat memberikan pertanyaan dan mencari tahu mengenai kelainan gigitan yang mereka alami,” katanya, melalui siaran tertulisnya, Jumat (14/10).

Menurutnya, ada juga peserta yang menanyakan kelegalan tukan gigi, serta perawatan ortodontik setelah melihat gambar-gambar akibat pemasangan alat ortodontik cekat (behel) tukang gigi.

“Sebenarnya, tukang dilarang melakukan pemasangan behel. Sebab, mereka tidak sekolah dokter gigi dan spesialis,” jawab salah seorang dari tim penyuluh FKG Unjani.

Dia membeberkan, untuk menjadi dokter gigi, dibutuhkan waktu 5 sampai 6 tahun, kemudian lanjut studi menjadi dokter gigi spesialis sekitar 3,5 sampai 4 tahun. Kemudian dokter gigi spesialis tersebut harus melakukan uji komptensi untuk mengurus surat izin praktik, yang dilegalkan dalam hukum.

“Sedangkan tukang gigi tidak dilegalkan dalam melakukan perawatan behel,” bebernya.

Kegiatan penyuluhan yang dilakukan pada perwakilan 60 anak kelas 12, yang dibagi menjadi 4 breakout room itu, peserta diperbolehkan menggunakan gadget dalam melakukan teledentistry.

“Satu gadget murid bisa dipakai oleh 2 sampai 3 orang,” katanya.

Hilda beralasan, memilih peserta siswa SMA karena terkadang mereka ingin gaya dengan memasang behel murah. Padahal pemasangan behel murah akan merusak susunan gigi-geliginya. Sebab, kekuatan dari kawat ortodontik bisa menyebabkan gigi bergerak tidak sesuai dengan yang diinginkan. Tetapi malah akan terjadi akar giginya keluar dari gusi.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan