Bagaimana Sanksi FIFA Terhadap Indonesia Imbas Tragedi Kanjuruhan?

Jabarekspres.com – Tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang membuat geger dunia dan apakah sanksi FIFA terhadap Indonesia?

Kejadian kerusuhan saat laga 1 Arema FC vs Persebaya Surabaya tersebut menjadi tragedi kelam ke-2 di Dunia, namun akankah ada sanksi FIFA terhadap Indonesia masih belum menentu.

Media Internasional yang menyorot kasus ini pun tidak membeberkan kemungkinan sanksi FIFA terhadap Indonesia.

Washington Post, media internasional yang mengangkat dua isu mengenai kerusuhan di Kanjuruhan ini.

Pertama, polisi menggunakan gas air mata yang sebabkan kepanikan massal, penonton sulit bernafas dan akhirnya banyak yang tewas terinjak-injak.

FIFA memiliki aturan terkait larangan penggunaan gas air mata untuk atasi kerusuhan sepakbola di Stadion.

Kedua, jumlah penonton yang terlalu banyak, seharusnya kapasitas kuota hanya 38 ribu penonton. Namun panitia membiarkan stadion tersebut diisi sebanyak 42 ribu orang.

Sementara New York Times sendiri menggali dari sisi pengalaman pribadi penonton. Dikutip dari sumbernya, seorang penonton, Joshua, pergi ke stadion bersama istri dan 13 temannya.

Semuanya adalah penggemar Arema FC. Kekalahan tim ketika itu sangat menghancurkan.

Tiba-tiba adanya perkelahian antara polisi dan para penggemar memicu ledakan pertama gas air mata yang ditembakkan sekitar pukul 10:30 malam.

Orang-orang berusaha untuk pergi saat itu. Tetapi petugas stadion telah menutup banyak pintu keluar. Karena di luar, penggemar yang marah bentrok dengan polisi.

“Kemudian pada pukul 11 ​​malam, pasukan keamanan tiba-tiba mulai menembakkan gas air mata ke tribun penonton,” ujar Joshua.

Itu mendorong ratusan orang untuk bergegas ke pintu keluar.  Penembakan gas air mata tidak berhenti selama satu jam.

Joshua dan teman-temannya, duduk di V.I.P, tidak langsung terkena gas air mata.

Tetapi awan gas air mata yang melayang membuat banyak dari mereka sulit bernapas. Tembakan gas air mata tanpa henti menyebabkan kepanikan.

Setiap jalur exit untuk keluar stadion hanya memiliki lorong yang sempit. Untuk keluar, beberapa orang harus memanjat pagar setinggi sekitar lima meter.

Kebanyakan dari mereka yang meninggal adalah penonton di tribun, bukan mereka yang berada di lapangan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan