Ratu Wushu

Saat saya takut dengan kematian, saya berharap setelah nafas tidak ada, pun begitu kesadaran. berharap yasudah mudah-mudahan benar-benar mati. saat saya merasa lagi banyak beramal dan rajin beribadah, saya berharap saat meninggal bisa masuk surga yg katanya sangat indah itu. bahkan saat saya melihat Swiss, saya berfikir apakah itu memang jelmaan surga? apakah orang-orang yang tinggal disana orang-orang yg meninggal dan dihidupkan lagi untuk menjadi penghuni di Swiss. tentu pemaparan saya ini tidak elok jika saya bertanya langsung dengan Ning imas. bisa-bisa saya dicap dodol wkwk

 

Mirza Mirwan

Mbak Rihlatul Ulfa, tahu nggak arti nama anda. Nama anda jelas diambil dari Bahasa Arab: “rihlat al-ulfah”. Rihlat (rihlah) artinya perjalanan. Ulfah (ulfa) artinya persahabatan, cinta, atau harmoni. Yang disampaikan Ning Imaz bukan perkataan suaminya, bukan pula karena Ning Imaz sangat menyukai perhiasan ketimbang suaminya. Yang disampaikannya adalah penafsiran ahli tafsir yang menjadi rujukan ulama sejagat, Ibnu Katsir.

 

Rihlatul Ulfa

@pakMM. tahun 2010 saat saya pesantren di ponorogo, dengan nama pesantren ‘rahmatan lil alamin/assakinah village’ yg sekarang jadi bangunan kosong. sepelemparan batu dari terminal Seloaji. seorang ustazah tiba-tiba menjelaskan apa arti nama saya. jadi tentu saya tahu arti nama saya, tepat pada tahun 2010. apa yg saya tulis itu merujuk lelucon saja, bagus pak Mirza menjelaskan ternyata itu penafsiran ahli tafsir Ibnu Katsir. saya tidak akan tersinggung, karena saya memang belum mengetahui itu. terimakasih atas penjelasannya pak Mirza 🙂

 

Rihlatul Ulfa

jika otak yg begitu berharga ini tidak digunakan sebaik-baiknya. bisa jadi kita akan terus menyalahkan setan. waspadalah

 

Ahmad Zuhri

Jika setan tidak bisa membuatmu jahat.. maka setan akan membuatmu merasa paling pintar dan paling benar.. Waspadalah..

 

Fenny Wiyono

Saya heran dgn org yg suka mengomentari “keagamaan” seseorg apalagi di depan umum. Agama itu urusan sangat pribadi manusia dgn Tuhannya kenapa harus di campuri, di komentari apalagi di hakimi. bukankah itu seperti anda mengomentari rumah tangga tetangga hanya dari lihat baju dalam yg sedang di jemur di tali jemuran??

Tinggalkan Balasan