Amplop Suharso

Seluruh pengurus provinsi diundang. Mendadak. Rapat itu baru bisa dimulai menjelang pukul 12.00 malam. Tapi lancar. Dari 34 pengurus wilayah yang diundang, 27 yang datang. Kuorum tercapai. Keputusan diambil. Pengunduran diri Suharso diterima. Ketua umum baru dipilih, dengan status pelaksana tugas. Ia adalah Muhamad Mardiono.

Nggak pernah dengar namanya?

Ia orang lama. Jabatan di partai adalah ketua dewan pertimbangan. Jabatan di kenegaraan adalah anggota Dewan Pertimbangan Presiden.

Ia memang teman Suharso. Sesama pendukung Presiden Jokowi. Juga sesama pengusaha. Sama-sama kaya. Mardiono punya harta Rp 1,2 triliun. Ia pengusaha lemah –lemah-nya ratusan hektare.

Kelebihan Mardiono adalah: ia orang NU. Asal Banten. Ia akan lebih diterima di kalangan tradisional PPP. Ia lebih tepat menghadapi persoalan besar di PPP.

Misalnya, sekarang ini, ada dua wakil gubernur dari PPP yang “mubazir”: Jawa Barat dan Jawa Tengah. Bagaimana bisa, sebuah partai kecil tidak memanfaatkan dua kadernya yang begitu potensial.

Apalagi dua-duanya putra kiai besar yang sangat menentukan di perjalanan PPP. Yang wagub Jateng, adalah putra kiai besar Maimun Zubair, Rembang, –yang begitu konsisten di PPP. Yang wagub Jabar adalah keluarga pesantren besar Miftahul Huda, Manonjaya, Tasikmalaya.

Dua-duanya kini disingkirkan dari PPP. Tidak punya jabatan apa pun di partai. Pun sekadar di pengurus wilayah atau cabang.

Wagub Jateng Taj Yasin Maimoen, tersingkir gara-gara berminat jadi ketua umum PPP. Ia mendeklarasikan diri menjelang Muktamar PPP di Makassar. “Jangankan bisa jadi calon, masuk arena muktamar saja tidak bisa,” ujarnya.

Hari itu Suharso menjadi calon tunggal. Aklamasi. Tidak ada yang berani menyainginya. Ia mengaku mendapat angin yang baik dari atas –lepas angin itu ada atau tidak.

Belakangan ada niat untuk merangkul kembali Yasin. Ia ditawari menjadi calon anggota DPR. Yasin menolak. Itu karena ia diplot untuk jadi calon dari dapil Wonogiri.

Itu memang dapil kering bagi PPP. Sebelum Suharso memang pernah dapat dua kursi DPRD kabupaten. Tapi di pemilu terakhir dua kursi itu hilang. Sekarang ini PPP Wonogiri krisis pengurus. Ketua PPP setempat dirangkap dari Semarang. Tidak ada yang mau menjadi ketua PPP Wonogiri.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan