Istri Bripda Ade Pratama yang Kepergok Selingkuh buat Pengakuan, Curhat KDRT

BANYUASIN – Ramainya berita seorang anak seorang Kades yang tertangkap mesum di Hotel Bintang Lima di Palembang, kini EP (23) Istri polisi anggota Polres Banyuasin membuat pengakuan mencengangkan.

EP beralasan bahwa rumah tangganya tidak lagi bahagia bersama pasangannya Bripda Ade Pratama. Alasan itulah yang membuat istri polisi itu memiliki pria idaman lain.

Kini EP pun telah dipulangkan ke pihak keluarganya di Palembang, Jumat (2/9) sore pasca dipulangkan dari Polsek IB I Palembang.

Kepada wartawan, EP meluapkan isi hatinya. Dia mengakui kesalahan dan minta maaf atas kejadian pada Selasa, 30 Agustus 2022. Permintaan maaf itu disampaikan kepada semua pihak yang merasa terkena dampaknya.

Dari penuturannya, EP kerap mendapatkan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) oleh Bripda Ade Pratama.

Dari buah pernikahannya bulan Januari 2021 lalu, EP dan Ade Pratama (24) memiliki serang anak perempuan yang saat ini masih berusia 11 bulan.

EP menuturkan, sebelum menikah dengan Ade, sudah ada tanda-tanda ketidakkeharmonisan dari pihak mertuanya hingga berjalannya resepsi pernikahan.

‘’Uang yang berasal dari tamu undangan diambil oleh keluarga mempelai pria. Terlebih sejak saya hamil empat bulan, tanda-tanda tindak kekerasan dari suami saya juga saya rasakan,’’ ujar EP memulai pembicaraannya.

Begitu sudah menikah, kekhawatiran EP terbukti. Menurutnya, Ade kerap melakukan KDRT terhadap dirinya. Bahkan, sudah ada dua kali laporan ke Polres Banyuasin atas tindak KDRT itu, akan tetapi berakhir damai.

Menurut EP, salah satu tindak penganiayaan yang sempat dilaporkannya ke polisi yakni peristiwa saat perjalanan pulang dari rumahnya ke arah Pangkalan Balai menggunakan mobil.

“Di dalam mobil saya dianiaya. Mobil distop di SPBU, lalu saya ditendang, dipukul menggunakan tangan kosong dan tangan saya diborgol. Itu gara-gara saya minta izin untuk mengurus nenek yang sakit di rumah saya,” kata EP.

Menurut EP, saat itu kondisi sedang pandemi, dan tidak berani membawa neneknya ke RS karena takut akan divonis Covid-19.

“Yang bisa memasang dan mengontrol infus cuma saya. Awalnya saya diizinkan, tetepi setelah dua hari saya dijemput dan pamit dengan ayah, ibu dan termasuk nenek yang sedang sakit ingin pulang ke rumah kontrakan di Pangkalan balai. Di rumah kontrakan, saya tidak mau turun karena masih tangan diborgol lalu setelah masuk ke kamar baru borgol tangan dilepas,” beber EP yang lulusan kebidanan ini.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan