Mencipta Keluarga Merdeka

Mencipta Keluarga Merdeka
Hj. Siti Muntamah Oded, S.AP. (Foto: Ist.)
0 Komentar

oleh: Hj. Siti Muntamah Oded, S.AP.

(Ketua Rumah Keluarga Indonesia Jawa Barat)

PARA Bunda dan para Ayah yang berbahagia di mana saja berada.

Jelas. Nyata. Di dalam mukadimah Undang-undang Dasar 1945, di-capture bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa.

Ini tentu saja bukan semata-mata retorika. Melainkan jauh menuju kedalaman hakikat tentang makna merdeka itu sendiri.

Baca Juga:Cover Musik Secara Legal, FESTIVAL SUARA Hadir di Bandung bersama Kreator MusikFerdy Sambo Lakukan Kejahatan Lain usai Membunuh Brigadir J, Apa Itu?

Hari ini, bahkan menit ini. Masih ada di antara orang tua bingung dengan hak pendidikan anak-anak. Antara aturan, kecukupan skor nilai capaian, dan juga tertabatasnya finansial, berpadu menjadi sebuah ladang kecemasan.

Hari ini. Bahkan detik ini. Masih ada sebagian ibu bekerja yang masih belum merdeka dari dilema menitipkan anak. Antara tuntutan pekerjaan, kepada siapa yang paling tepat untuk menitipkan, dan tantangan teknologi yang telah begitu dekatnya di layar-layar smartphone.

Hari ini. Hari di mana keserbamudahan itu terjadi, masih belum lepas dari yang namanya anomali. Tingginya harga bahan dasar kebutuhan rumah tangga di tengah mendesaknya hak-hak dasar keluarga. Lagi dan lagi. Anomali harga menjajah mental keluarga.

Hari ini. Di mana ulang tahun kemerdekaan bangsa kita telah memasuki usia yang ke-77. Sebuah usia yang bisa dibikang tua. Tetapi dalam tuanya usia merdeka itu, sudahkah  menembus makna? Sudah adil maakmur secara merata. Sudahkah merdeka dari kewajaran harga-harga kebutuhan sehari-hari?

Mahatma Gandhi berpesan dalam salah sebuah quote-nya. “Kebebasan tidak layak dimiliki jika itu tidak termasuk kebebasan untuk melakukan kesalahan”.

Para Bunda dan para Ayah pejuang keluarga di mana saja berada. Salah satu tugas besar kita adalah bagaimana kita menciptakan sebuah jaminan kemerdekaan untuk keluarga.

Merdeka dari ancaman di antara sesama pasangan, merdeka dari tuntutan yang tak imbang terhadap anak-anak, merdeka dari keputusasaan nasib hak pendidikan.

Baca Juga:Mariana Pencuri Cokelat di Alfamart, Farhat Abbas: Cuma ‘Kebawa’ Aja, Hal RemehPenyidik Telah Memeriksa 63 Anggota Polisi yang Terlibat dalam Kasus Pembunuhan Berencana Brigadir J, Makin Masif!

Memang tak mudah. Dan untuk menempuhnya kita butuh bergandeng tangan alias berlolaborasi. Untuk menempuhnya, kita butuh upaya-upaya berbasis keluarga. Minimal, dengan kita mencontohkan hakikat merdeka itu di lingkungan keluarga kita sendiri.

Berpikir Maju

Kita semua butuh berpikir maju. Minimal kita optimistis dengan kondisi yang ada. Pantang menyerah layaknya seorang pejuang. Karena mental berdaya itu bermula dari kemandirian pikiran yang terbuka.

0 Komentar