Hanya 20 Persen Sampah di Kota Bandung Terolah , Sinergi Program Kang Pisman dengan Buruan Sae Makin Ditingkatkan

BANDUNG – Asisten Daerah (Asda) 2 Perekonomian dan Pembangunan Kota Bandung Erick M Ataurik menjelaskan, hingga saat ini Pemerintah Kota Bandung baru mampu mengolah 16-20 persen sampah, atau kurang 10 persen dari target yang ditetapkan.

Dari akumulasi jenis sampah, tambahnya, 70 persen di antaranya merupakan sampah organik yang berasal dari limbah rumah tangga.

“Jadi ini lah kenapa DLH menggagas program waste to food, komposter, magotisasi, karena memang mayoritas limbah kota bandung adalah organik dan berasal dari sampah rumah tangga,” ujar Erick kepada Jabar Ekspres belum lama ini.

Upaya lain yang dilakukan adalah bentuk sinergi program Kang Pisman (Kurangi, Pisahkan, dan Manfaatkan) dan program Buruan SAE.

Meski belum diterapkan secara menyeluruh, namun Erick meyakinkan bahwa sinergi ini telah diterapkan di beberapa lokasi Buruan SAE di Kota Bandung, yang hingga kini secara keseluruhan telah mencapai 335 titik.

“Program buruan SAE itu komposternya dari kang Pisman untuk mengelola maupun meningkatkan kesuburan produk buruan SAE,” jelas Erick.

“Data pastinya saya tidak tau persis, tapi yang jelas informasi dari DKPP maupun DLH, sudah ada beberapa lokasi di tingkat RW termasuk di RW 02 kelurahan Sukamiskin, itu ada buruan sae nya, pengelolaan sampahnya atau kang Pismannya,” sambungnya.

Dia menargetkan kerja sama ini dapat dioptimalkan dan diperbanyak secara maksimal demi memberdayakan produk hasil Buruan SAE maupun Kang Pisman, yang diharapkan  bukan hanya mampu memenuhi kebutuhan pangan masyarakat tapi juga memiliki nilai ekonomi.

Sebelumnya, Kepala Dinas Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung Gin Gin Ginanjar mengatakan, pihaknya ingin memastikan bahwa ketahanan pangan menjadi program bersama dalam pergelaran konferensi Urban 20 (U20).

Dan Buruan Sae Kota Bandung menjadi sebuah praktik yang bisa dicontoh oleh banyak kota di dunia.

“Kita ini kan tidak memanfaatkan lahan yang luas, jadi selalu kita tanamkan bahwa tanpa lahan pun kita bisa bertanam. Kedua, kita ini terintegrasi dari sisi komponen jadi yang dikembangkan bukan satu jenis sayuran saja tapi juga ke budidaya ikan dan ternak. Ketiga, ada integrasi berbagai program, katakanlah Kang Pisman yang menjadi program yang tidak terpisahkan dari Buruan SAE,” jelasnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan