Setengah Abad Mengabdi Jadi Guru Honorer, Kisah Hikayat Hadjarudin Diangkat jadi Film

BANDUNG – Masagi Pictures Indonesia menghadirkan karya film dokumenter baru, yang mengkisahkan perjuangan seorang guru honorer bernama Hikayat Hadjarudin. Hikayat adalah seorang tenaga honorer asal Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.

Film dokumenter yang dirilis pada Juni 2022 kemarin, bermuatan pesan kepada pemerintah terkait peran guru honorer yang telah mengabdi sekian lama di dunia pendidikan.

Menurut Director sekaligus Script Writer dari film dokumenter Hikayat Hadjarsudin, Boim Jalu, karya tersebut merupakan bentuk menjembatani dari ungkapan sekaligus kegelisahan para guru honorer di Indonesia.

Sebab kata dia, hingga saat ini isu guru honorer yang telah mengabdi sekian lama, masih banyak yang belum diangkat menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Bahkan kata dia, isu tersebut juga kini telah menjadi isu nasional.

“Kisah Hadjarudin ini diangkat dari karya tulis Bagus Fuzi Panuntun salah satu contributor di salah satu media sebagai pemenang Lomba Karya Tulis Jurnalistik tahun 2022 yang diselenggarakan Masagi Pictures Indonesia pada tanggal 10 Juni 2022,” ucapnya di Gedung Majestic, Jalan Braga, Kota Bandung, Selasa (9/8).

Boim juga mengungkapkan, dengan adanya film ini diharapkan mampu menyampaikan pesan positif bagi seluruh masyarakat terutama pemangku kebijakan untuk lebih memperhatikan dan mensejahterakan guru honorer.

“Dengan menggunakan garis sederhana, saya ingin melukiskan potret guru honorer di Jawa Barat khususnya, umumnya di Indonesia bahwa masih banyak guru honorer yang belum sejahtera, dan Hadjarudin Sufianan (75) adalah manifestasi dari wujud pahlawan tanpa tanda jasa yang senyata-nyatanya. Dan Film ini kami dedikasikan untuk Guru diseluruh Indonesia,” ungkapnya

Ditempat yang sama, menurut Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Jawa Barat, Dedi Supandi sangat mengapresiasi atas hadirnya karya dari Masagi Pictures Indonesia ini dengan mengankat keresahan dari guru honorer.

Bahkan Dedi mengaku, hadirnya film ini juga banyak mengambil hikmah yang seharusnya tidak terjadi lagi khususnya di Jawa barat

“Sangat mengharukan. Itu sebetulnya dengan pola kita di Disdik Jawa Barat melakukan desentralisasi ke cabang-cabang dinas. Terus ada anggaran BOPD yang sebetulnya itu bisa dialihkan ke honorer, itu sebetulnya tidak terjadi. Harusnya tidak terjadi,” katanya

Berita Terkait