Terus Berdatangan, Mereka yang Menitipkan Doa untuk Eril di Gedung Pakuan

Haru masih terasa selepas kepergian Emmeril Kahn Mumtadz, putra sulung Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil. Kendati Eril, sapaan akrabnya, telah dikebumikan pada Minggu (12/6) di Cimaung, Bandung, Jawa Barat.

Muhamad Nizar, Jabar Ekspres.

“Secara langsung, kami tidak mengenalnya (sosok Eril, red),” ucap Meisa Divanka, 18, mahasiswa asal Bandung.

Dia dan temannya, sengaja mendatangi Ruang Ekspresi di Gedung Pakuan. Meluangkan waktu kuliah untuk bisa menitipkan doa dan harapan bagi almarhum Eril.

“Namun kami mengikutinya di dalam berita-berita dan sosial media. Dari hari pertama kehilangan, terus mengikuti (berita), dan tidak menyangka. Niat baik, kan, melanjutkan pendidikan. Enggak nyangka,” kata Meisa.

Mereka berdua pun tak berhenti untuk berharap muncul berita. Bahwa Eril selamat. Apabila boleh, lanjutnya, ditemukan dalam keadaan baik-baik saja.

“Walaupun pada akhirnya tak sesuai harapan. Kami hanya bisa berempati. Kami ikut sedih. Ikut merasakan apa yang mereka rasakan sekalipun mungkin tidak sepenuhnya,” ujarnya.

Seluruh rasa duka itu, Meisa rasakan melalui unggahan postingan Ridwan Kamil, keluarga, dan teman-teman Eril semasa hidupnya.

“Bisa dilihat bagaimana kesedihan mereka yang mendalam, diungkapkan lewat kata-kata. Membuat kita terenyuh. Dan membuat kita datang ke sini (Gedung Pakuan),” jelasnya.

Kini, putra sulung Ridwan Kamil ini sudah pergi. Meisa belum sempat memperkenalkan diri. Namun di atas secarik kertas. Post it, warna-warni. Dia dan temannya hanya bisa mendoakan dan menitipkannya. Di bagian yang tersisa dalam Ruang Ekspresi di Gedung Pakuan.

“Menulis doa-doa untuk di akhiratnya. Balasan kebaikan yang sudah dibuat di dunia. Serta harapan untuk Kang Emil dan keluarga, supaya bisa kuat menjalani hidup seperti biasanya. Supaya almarhum A Eril bisa ikut bahagia di sana,” imbuh Meisa.

Suara seorang ibu

Berdiri di pojokan. Mencari bagian yang tersisa. Rosmayati Jeri, 40, akhirnya berhasil menempelkan tulisan duka citanya. Di tempat yang tersisa. Di bagian atas dinding Ruang Ekspresi.

“Semenjak kejadian Mas Eril di Swiss. Saya selalu mengikuti acara berita-berita di TV. Sampai proses-proses pencarian, saya mengikuti. Menangis,” imbuh Ros.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan