Abah Enjum yang mendalami kesenian Reak menyampaikan, penyimpangan dan pola pikir masyarakat terhadap pertunjukan Reak disebabkan karena proses ritualnya dinilai tak seperti yang dibentuk dan dicontohkan para leluhur.
“Jadi di sesajennya ada 2 boto anggur merah (minuman keras). Saya sempat heran, mana ada karuhun (leluhur) meminum minuman seperti ini (miras). Saya lihat sampai beres (ritual Reak) itu beresnya anggur merah itu diminum dengan alasan supaya lebih semangat,” ujar Abah Enjum.
“Jadi yang masuk itu jurig cai (hantu air) dan babah botak, beda yang kerasukan dengan susurupan. Kalau kerasukan bisa dikendalikan,” tambahnya.
Rokok keretek yang sudah setengah batang dan waktu menunjukkan pukul 15.00 WIB, Abah Enjum melanjutkan, ritual dalam kesenian Reak bukanlah hal sepele yang bisa dianggap sebagai ilmu mistis atau sekadar pelaksanaan sebelum dimainkannya alat musik atau Dogdog.
“Harus tahu dulu apa itu Reak, sejarahnya kemudian dalam Reak itu ada apa, Dogdog itu apa. Jadi Reak itu satu kesenian Kuda Lumping sebagai bentuk rasa syukur hasil panen dengan kemeriahan,” imbuhnya.
“Kesenian panen tidak lepas dari aturan adab, pasti ada sesajen. Hubungannya dengan leluhur, ke sananya dengan Gusti Allah. Gak mungkin band sekarang pakai sesajen, makanya harus tahu dulu makna dan sejarahnya,” lanjut Abah Enjum.
Dia menegaskan, sebagai bentuk mempertahankan kesenian harus bisa menghargai leluhur sebelumnya dengan mendoakan para leluhur yang sudah membuat alat musik hingga membentuk kesenian yang patut dilestarikan serta dibanggakan.
“Jangan sekarang asal menyebut Reak itu seni mistis, kalau belum tahu sejarah ke belakangnya. Walaupun itu kembali pada masing-masing pola pikir masyarakat,” papar Abah Enjum.
Masih dengan sisa rokok kereteknya, Abah Enjum menyampaikan, dalam menyikapi kesenian jangan dibenturkan dengan agama sebab tentu akan berbeda pemahaman.
Karenannya, dikatakan Abah Enjum, sebelum melabeli kesenian Reak sebagai seni mistis, perlu mengetahui terlebih dahulu sejarah dan makna dari pertunjukan seni Reak.
“Memang hubungannya dengan dua alam, dengan yang kesurupan (terasuki roh) dan yang menyurup (memasuki roh) disebutnya Malim yang mengendalikan,” ucap Abah Enjum.