Kerap Dicap Seni Mistis, Kesenian Reak Tetap Eksis dengan Banyak Filosofi

“Duk jedag duk jedag duk jedag duk jedag duk. Seperti itu pembawaan Aki Rahma. Sampai yang kerasukannya pun terlihat asik menari dalam pertunjukan Reak,” ucap Abah Enjum dengan senyuman hingga memperlihatkan gigi depannya.

Rokok keretek pun dibakar ujungnya, usai menghisap rokok, Abah Enjum menjelaskan, pengembangan seni Reak oleh tokoh Aki Rahma dari wilayah Cibiru sampai ke daerah Timur. Sementara Abah Juarta, pengembangan seni Reaknya populer dipertunjukkan dari Cibiru sampai ke wilayah Barat.

“Tapi Abah Juarta punya wilahan, ada dug jedug bak dug jedug bak dug jedug bak dug, seperti itu tabuhannya. Begitu dimasukkan nada terompet dan kawih, gak akan kacau nadanya, karena punya kuncian,” papar Abah Enjum dengan kedua tangan digerakkan seakan mempraktikkan tengah dalam pertunjukan.

Abah Enjum pun menerangkan, kedua pengembangan seni Reak itu disebut sebagai Reak Bihari dan Reak Kiwari. Dia pun menegaskan, menggunakan pengembangan seni Reak Bihari oleh tokoh sesepuh Aki Rahma atau gaya seni Reak Kiwari yang dipopulerkan sesepuh Abah Juarta tidak jadi persoalan.

Abah Enjum sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi menyebutkan, pertunjukan seni Reaknya menggunakan gaya Bahari dan Kiwari, bahkan tak jarang dikombinasikan.

“Begitu caranya menghormati leluhur, tidak menggunakan satu (gaya seni Reak) terus saja sementara satunya lagi dilupakan,” imbuhnya lalu meminum kopi yang sudah tersaji.

Abah Enjum mulai mendalami kesenian Reak pada tahun 2000 itu beralasan karena semakin banyaknya pertunjukan Reak yang dianggap mistis dan tak jarang kerap berujung pada keributan.

Ritual yang menjadi khas dan harus ada dalam kesenian Reak yaitu sesajen sebelum dimulainya pertunjukan. Karenannya banyak yang menganggap kesenian Reak sebagai pertunjukan mistis yang bekerjasama dengan makhluk halus atau roh-roh ghoib.

“Harus tahu dulu makna sesajen, karena banyaknya yang tidak tahu, saya siap diskusi. Sekarang sesajen hanya ritual saja, tidak dengan tanggungjawabnya, tidak bisa seperti itu,” ucap Abah Enjum.

“Saya mendalami (kesenian Reak) dari 2000 itu selama 5 tahun. Karena saya mikir kenapa Reak itu begini setiap ada panggung pasti selalu ribut,” lanjutnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan