Jabarekspres.com – Rasisme dialami para pengungsi Ukraina non-kulit putih saat mereka hendak mengungsi dari Ukraina yang tengah digempur oleh Rusia.
Rasisme ini langsung disorot oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) saat Pelapor Khusus PBB (The UN Special Rapporteur) menyampaikan ada aksi rasisme di perbatasan Ukraina.
Pelapor Khusus PBB Tendayi Achiume merilis laporan bertajuk “Ukraina: Para ahli dari PBB mengutuk ancaman rasis, xenophobia di perbatasan”, dilansir dari laman resmi Office of the High Commissioner of Human Rights, Jumat (03/03/2022).
Tendayi Achiume dalam laporan tersebut menyampaikan perhatiannya yang serius atas ancaman rasis dan perlakuan xenophobik yang dialami oleh orang-orang non-kulit putih saat hendak melarikan diri dari Ukraina akibat invasi Rusia.
Pelapor Khusus PBB yang khusus menangani bentuk-bentuk rasisme terkini, diskriminasi ras, xenophobia, dan intoleransi itu menyampaikan kecamannya bagi Federasi Rusia karena telah menyerang Ukraina.
Ia juga menyerukan pengungsian warga sipil ke negara-negara tetangga untuk menghindari serangan militer Rusia.
Namun, ia mendapatkan laporan yang cukup mengejutkan di tengah gelombang besar pengungsian tersebut.
Ia mengatakan bahwa orang-orang kulit hitam Afrika, orang-orang India, orang-orang Pakistan, dan orang-orang Timur Tengah mendapatkan perlakuan rasis ketika mereka hendak melarikan diri dari Ukraina.
Salah satunya, orang-orang non-kulit putih itu tidak diizinkan untuk berkonsultasi dengan kedutaan besar negaranya yang berada di negara tetangga Ukraina.
Selain itu, yang paling mengkhawatirkan ia melaporkan ada orang-orang non-kulit putih dan juga bayi dipaksa menunggu atau mengantre lebih lama di tengah temperatur dingin tanpa diberi tempat bernaung.
“Faktanya, para migran dan pengungsi non-kulit putih selalu mengalami diskriminasi berbahaya di seluruh dunia ketika mereka berusaha menyebrangi perbatasan-perbatasan internasional,” ungkapnya.
“Apa yang dialami oleh orang-orang non-kulit putih yang hendak mengungsi dari Ukraina ini semakin menegaskan fakta tersebut,” pungkasnya.
Pelapor di bawah naungan khusus PBB itu mengatakan bahwa otoritas-otoritas yang berwenang semestinya termotivasi untuk memastikan agar tindakan rasis dan xenophobik itu tidak terjadi.
Tendayi pun berseru pada Uni Eropa dan negara-negara sekutunya untuk mengambil kebijakan penting mengenai isu rasisme seperti ini.