MENJADI tujuh hari, yang semula sepuluh hari. Ini merupakan kebijakan negeri Prancis yang baru menyoal lama masa isolasi pasien Covid-19.
Pemangkasan tersebut bukan tanpa alasan, selain mengikuti kebijakan sejumlah negara, Prancis pun memiliki alasan tersendiri, terpaksa ambil keputusan itu.
Hal demikian diungkapkan Menteri Kesehatan Prancis, Olivier Veran. Dirinya mengatakan bahwa pada Minggu (2/1), pihaknya sudah putuskan memangkas periode isolasi untuk warga yang terpapar COVID-19 dari 10 hari menjadi tujuh hari.
Dilansir dari JPNN, negara Prancis mengikuti kebijakan negara-negara lain, seperti Amerika Serikat, yang memotong periode isolasi.
Adapun AS mengambil langkah tersebut untuk mencegah gangguan pada industri, sebabnya karena kekurangan staf.
Kendati begitu, Veran mengatakan soal kemungkinan isolasi tersebut bisa dicabut lebih cepat. Juga menyoal warga yang tidak vaksin, Veran bilang begini:
“Isolasi ini dapat dicabut setelah lima hari jika hasil tes negatif. Bagi warga yang tidak divaksinasi harus mengasingkan diri selama 10 hari,” kata Veran.
Dia juga mengatakan varian baru COVID-19, Omicron, sulit dihentikan karena terlalu mudah menular, kecuali jika “penguncian ketat” diberlakukan.
Dalam pidato Malam Tahun Baru, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan beberapa minggu ke depan akan sulit karena adanya varian Omicron. Namun, Macron tidak akan memaksakan untuk memberlakukan pembatasan baru sebagai upaya menahan penyebaran virus corona.
“Kami akan tetap waspada sepanjang Januari”, kata Veran dan menambahkan bahwa penyebaran yang dipicu oleh Omicron saat ini bisa menjadi yang terakhir.
Prancis menjadi negara keenam di dunia yang mencatat lebih dari 10 juta kasus infeksi COVID-19 sejak awal pandemi, menurut data resmi yang diterbitkan pada Sabtu (1/1).
Otoritas kesehatan Prancis mencatat 219.126 kasus baru dalam 24 jam yang dikonfirmasi pada Minggu. (ant/dil/jpnn)