Molnupiravir Bisa Turunkan Risiko Kematian Pasien Covid-19

JAKARTA – Perusahaan farmasi asal Amerika Serikat Merck & Co beberapa waktu lalu mengumumkan hasil penelitian pil antivirus mereka bernama molnupiravir (MK-4482, EIDD-2801) bisa menurunkan sekitar separuh risiko kematian dan rawat inap akibat Covid-19 pada pasien dengan gejala ringan dan sedang.

Uji coba klinis fase ke-3 melibatkan 775 orang pasien Covid-19 dengan gejala ringan dan sedang selama lima hari atau kurang. Mereka ini mempunyai setidaknya satu faktor risiko seperti obesitas, diabetes mellitus, penyakit jantung dan juga usia tua lansia atau di atas 60 tahun.

Hasilnya menunjukkan, sekitar 7 persen partisipan studi yang menerima obat ini kemudian dirawat di rumah sakit dan tidak ada satupun yang meninggal. Sementara pada kelompok yang mendapat plasebo, sebanyak 14 persen dirawat di rumah sakit atau meninggal dunia.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof. Tjandra Yoga Aditama mengatakan, uji klinis pada pasien yang dirawat di rumah sakit sempat dihentikan, karena tidak menunjukkan hasil yang baik pada pasien yang sudah masuk rumah sakit.

“Waktu bulan April itu diputuskan penelitian diteruskan hanya pada mereka yang belum masuk rumah sakit, yang hasilnya baru diumumkan 1 Oktober ini,” kata Prof. Tjandra Yoga Aditama yang pernah menjabat sebagai Direktur WHO Asia Tenggara dan Dirjen P2P & Ka Balitbangkes itu.

Berbicara soal kemanjuran, Tjandra menuturkan, hasil penelitian pada 40 persen sampelnya menunjukkan efikasi molnupiravir konsisten pada berbagai varian yang ditemukan, yaitu Gamma, Delta, dan Mu.

Kendati begitu, kemanjuran obat dikatakan mencapai 50 persen lebih rendah daripada antibodi monoklonal yang digunakan untuk mengobati orang berisiko tinggi terkena Covid-19 bergejala ringan atau sedang. Penelitian menunjukkan, antibodi tersebut mengurangi rawat inap dan kematian hingga 85 persen di antara pasien tersebut.

Tetapi para ahli, seperti dikutip dari The New York Times, mengatakan pil antivirus baru kemungkinan besar akan berdampak lebih besar pada Covid-19 daripada antibodi yang rumit, karena pil dapat menjangkau lebih banyak orang.

Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melalui pedoman terbaru “WHO Therapeutics and Covid-19: living guideline” yang diterbitkan pada 24 September 2021 memberikan rekomendasi pada beberapa obat kombinasi antibodi monoklonal netralisasi yaitu casirivimab dan imdevimab, penghambat reseptor interleukin 6 (IL-6 receptor blockers) yaitu tocilizumab atau sarilumab dan kortikosteroid.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan