Waspada! Anak-Anak Indonesia Beresiko Tertular TBC

JAKARTA – Anak-anak Indonesia berisiko tinggi terjangkit tuberkulosis (TBC). Sebab, kasus TBC begitu tinggi di Indonesia.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengaku sangat khawatir anak-anak Indonesia tertular penyakit TBC. Sebab tingginya kasus TBC Indonesia akan sangat berdampak dengan penularan terhadap anak-anak.

“Tingginya kasus TBC di Indonesia ini membuat posisi anak-anak juga berisiko tertular. Terhadap anak-anak, penyakit TBC bisa menyebabkan anak gagal tumbuh, malayse kronis, bahkan kematian,” kata Muhadjir, saat Sosialisasi Percepatan Penurunan Stunting dan Penanggulangan Tuberkulosis, Selasa (28/9).

Ditegaskannya, hal tersebut harus mendapatkan perhatian serius. Sebab TBC tidak memiliki tingkat kecepatan seperti Covid-19 yang dapat mudah membuat orang curiga serta mudah dideteksi, tetapi gejalanya tidak dapat diremehkan.

Dikatakannya, sering ditemukan pada keluarga golongan bawah yang menganggap penyakit tersebut bukan permasalahan serius. Akibatnya mereka tidak melakukan pencegahan sejak dini bagi anak-anak.

“Sering dalam keluarga, terutama yang tidak mampu itu menganggap remeh, misalnya walaupun ibunya atau ayahnya menderita TBC, anak-anaknya tetap berada bersama-sama tanpa ada pencegahan sejak dini untuk mereka,” ujarnya.

Sedangkan kasus kematian akibat TBC pada anak-anak, paling tinggi terjadi pada kelompok umur anak usia balita.

Terdapat lima kelompok anak yang lebih berisiko mengidap penyakit tersebut, yakni anak tinggal dengan penderita TBC, anak dengan status gizi buruk, anak pada usia balita, dan anak belum divaksin BCG, serta anak yang menderita HIV.

Karenanya, dia berharap dengan mengetahui kondisi TBC pada anak-anak di Indonesia, seluruh pihak dapat benar-benar memperhatikan setiap kasus tuberkulosis yang tidak hanya berfokus pada penderita saja, tetapi juga kontak erat dengan orang lain.

“Dengan melihat kenyataan itu, kita harus betul-betul memperhatikan setiap kasus TBC ini tidak hanya berfokus kepada penderita, juga kontak erat atau pergaulan erat dengan si penderita juga harus segera diamankan, kalau tidak, bahaya TBC ini jauh lebih buruk dibanding Covid-19,” katanya.

(fin.co.id)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan