Meski di Masa Pandemi Seorang Bapak Penjual Bendera di Cimahi Bisa Raup Cuan

CIMAHI – Menjelang peringatan HUT ke-76 Republik Indonesia, pedagang bendera merah putih musiman sudah marak di Kota Cimahi.

Pedagang yang umumnya datang dari luar Cimahi pun seperti dari Kota Bandung maupun Kabupaten Bandung Barat, dapat memanfaatkan momen ini setiap tahun.

Salah satunya pedagang bendera bernama Endang Sukendi, 66. Pria asal Cimahi ini mengaku tiap tahun selalu menjadi pedagang bendera. Padahal sehari-harinya dia berjualan pakaian di Tegalega.

“Sengaja tiap tahun suka jualan di sini, walaupun pemasukan agak berkurang dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Saya sehari-hari nya jualan pakaian di Tegalega, karena Covid ya sudah saya menetap di rumah,” ujar Endang saat ditemui di Kawasan Jalan Amir Machmud, Minggu (15/8).

“Lalu ada kesempatan buat jualan bendera, ya sudah saya langsung jualan bendera dan pendapatannya juga lumayan banyak,” sambungnya.

Endang mengungkapkan, awal dia berjualan banyak warga yang mampir untuk membeli beberapa lembar bendera yang dia jual, bahkan dari 10 lembar hingga 19 lembar bendera telah terjual. Namun, akhir-akhir ini hanya 5 hingga 8 lembar bendera yang terjual selama satu hari.

“Awal-awal jualan ya lumayan nyampe 10 potong (lembar) terjual, keduanya tujuh potong bahkan hampir 19 potong terjual. Kesini-kesininya berkurang kejual 5 potong, 8 potong selama satu harinya,” ungkapnya.

Endang mengaku mampu mendapatkan keuntungan dari jualan bendera hias ini mencapai Rp 1-2 juta selama satu minggu lebih. Dia mulai berjualan bendera dari pukul 07.00 WIB hingga pukul 17.30 WIB.

“Kalau disini rata-rata kemarin dapat 300 ribuan, jual bendera ini ambil dari keponakan yang dari Leles, karena saya orang sini (Cimahi),” katanya.

Harga setiap jenis bendera bervariatif. Bendera dalam ukuran kecil Rp 5 ribu per lembar, sedangkan harga bendera yang biasa pasang di tiap rumah Rp 20-17 ribu, dan harga bendera dalam ukuran panjang yang biasa pasang di tiap gapura Rp 45-50 ribu.

Endang berharap pada tanggal 17 Agustus 2021 nanti, ia ingin perayaan 17-an ini bisa di gelar kembali lomba-lomba yang biasanya adakan di tiap RT atau RW.

“Tapi mau di rayakan kayak di gelar lomba pun gak bisa karena lagi kondisi pandemi seperti ini. Kalau misalkan mau 17-an Agustus, memeriahkan jangan sampai dilarang-dilarang begitu buat memerdekakan. Pokoknya harus memerdekakan biar situasi nya gak begini,” cetusnya. (mg3/ran)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan