Nakes di RSUD Cibabat Terus Bertumbangan

CIMAHI – Jumlah tenaga kesehatan (nakes) dan pegawai yang tumbang lantaran terinfeksi Covid-19 di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dibabat, Kota Cimahi terus bertambah setiap harinya. Saat ini, ada sekitar 200 nakes yang dinyatakan positif COVID-19.

Direktur Utama RSUD Cibabat, Sukawanto Gamalyono mengatakan, pegawai yang sudah terpapar virus korona hampir di semua lini, seperti cleaning service, dokter, perawat dan sebagainya.

“Yang terpapar itu beberapa hari lalu ada 109 orang, dari dokter sampai OB. Tapi sampai hari ini sudah 200 lebih yang positif. Luar biasa banyak,” ungkap Direktur Utama RSUD Cibabat Sukwanto Gamalyono kepada wartawan, Selasa (29/6).

Banyaknya nakes yang terpapar COVID-19 membuat pihak rumah sakit keteteran dalam melakukan penanganan pasien positif. Kebutuhan nakes untuk menambal kekurangan itu amat banyak.

“Yang jadi kendala kita butuh 120 petugas dokter, perawat, sampai sopir ambulans. Tapi baru dapat 50 persennya karena semua rumah sakit membutuhkan itu juga. Mungkin sekarang baru dokter saja yang kuotanya terpenuhi, yang lainnya seperti perawat masih jauh,” tegasnya.

Belum lagi pihaknya sedang melakukan upaya penambahan bed khusus COVID-19 sebanyak 33 unit di lantai enam gedung B RSUD Cibabat agar bisa menampung pasien COVID-19 yang belum tertangani.

“Di IGD itu ada sekitar 25 yang waiting list untuk dirawat. Walaupun belum sampai keluar tapi kepadatannya lumayan. Kita sekarang sedang menambah 33 tempat. Karena kebutuhannya sangat meningkat dan diminta untuk segera bisa beroperasi tapi ya itu tadi, kita masih kekurangan SDM,” jelasnya.

Sementara secara keseluruhan jumlah pasien positif COVID-19 yang saat ini tengah dirawat di RSUD Cibabat sebanyak 172 orang.

“Kondisi ruangannya sampai hari ini total yang dirawat di ruang perawatan ada 172 orang. Itu yang kondisinya gejala sedang sampai berat. Untuk pasien di kita 45 persen warga Cimahi, sisanya dari KBB, Kabupaten Bandung, dan Kota Bandung,” tegasnya.

Saat ini hampir 100 persen pasien COVID-19 yang datang tak bisa lagi ditangani. Namun jika kondisi pasien sudah emergency, maka tetap diterima untuk dilakukan penanganan.

“Sekarang tidak bisa ditangani karena penuh, pasien yang datang melimpah. Bisa saja kita menambah tenda darurat, tapi kita masih ada ruangan yang kosong. Jadi tidak akan menggunakan tenda dulu apalagi SDM juga kurang,” tandasnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan