Kerjakanlah Salat Seperti Salatnya Perpisahan

Dalam hadits lain Rasulullah Saw. bersabda, “Ingatlah kematian dalam shalatmu. Jika seseorang mengingat kematian dalam shalatnya, maka sudah selayaknya shalatnya diperbagus.”

Barangsiapa yang ingin menggapai kebaikan khusyu’, maka ia harus berenang di samudera perenungan dan harus menyelam dalam sungai linangan air mata. Sebagaimana Allah berfirman, “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS.Shàd, 38: 29).

Orang yang merenungkan dengan hatinya, air matanya akan berlinang. Orang yang tidak bisa membawa al-Quran melewati tenggorokannya menuju hatinya, maka hatinya akan menjadi gersang dan kedua matanya mengering. Ibnu Abbas ra, berkata, “Jika kalian membaca ayat sajadah subhanahu, maka janganlah segera bersujud sampai kamu menangis terlebih dahulu. Jika mata kalian tidak bisa menangis, maka hendaknya hatinyalah yang menangis.”

Yang dimaksud sajadah subhanahu di sini adalah ayat sajadah dalam surat al-Isra’, yang terdalam firman Allah Swt, “Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’.” (QS. al-Isra’, 17: 109. Menangisnya hati adalah bentuk perenungan yang mewariskan ketakutan, dan menangisnya hati sudah pasti akan membuat mata menangis. Karena itu, jika kita dikaruniai rasa takut ini, maka berbahagialah. Sebab kita hampir sampai ke tujuan.

Di antara hal yg banyak membantu seseorang dalam merenungkan al-Quran adalah dengan cara membaca ayat secara berulang-ulang, sebagaimana yang dilakukan Nabi Saw. Beliau pernah shalat malam dengan hanya membaca satu ayat saja hingga tiba waktu shubuh. Ayat tersebut adalah firman Allah Swt, “Jika engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkaulah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS. Al Maidah, 5: 118.

Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam telah bersabda, “Shalatlah seperti shalatnya orang yang pamitan (akan mati), dan sembahlah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, apabila engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Allah melihatmu. Dan berputusasalah dari apa yang ada di tangan orang lain, niscaya engkau hidup berkecukupan, dan hati-hatilah engkau terhadap hal-hal yang dimaafkan.” (HR. Ibnun Najjar melalui Ibnu Umar r.a.).

Tinggalkan Balasan