Masyarakat Harus Tahu, Vaksinasi dan Prokes Adalah untuk Percepat Pemulihan Kesehatan dan Ekonomi

JAKARTA – Sejak Januari 2021, Pemerintah telah menjalankan program vaksinasi nasional. Upaya ini merupakan salah satu langkah memulihkan kesehatan masyarakat Indonesia dan akan berdampak bagi pemulihan ekonomi dengan kembalinya produktivitas masyarakat.

Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19 dr Reisa Broto Asmoro mengatakan, protokol kesehatan (Prokes) adalah elemen penting selama pandemi COVID-19.

‘’Prokes tetap jalan terus meskipun program vaksinasi sudah berjalan seperti saat ini,” ujar dr. Reisa pada Dialog Produktif bertema Protokol Jalan, Ekonomi Aman yang diselenggarakan KPCPEN dan disiarkan di FMB9ID_IKP belum lama ini.

Dia menilai,Sudah lebih dari satu tahun masyarakat menjalankan prokes selama pandemi. Harapannya, masyarakat sudah lebih memahami pentingnya prokes sebagai cara agar tidak menambah kasus COVID-19.

Kendati begitu, kejenuhan masyarakat bisa jadi dialami setiap orang. Namun untuk bisa terbiasa dengan hal baru memang butuh proses.

‘’Memang harus terus menerus diingatkan untuk disiplin menjaga prokes,” tambah dr. Reisa.

Reisa juga berpesan agar masyarakat tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk divaksinasi. Manfaatkanlah vaksin dan jangan ragu karena berita yang belum pasti kebenarannya.

“Memang kalau kita ingin segera keluar dari pandemi COVID-19 tentu kita mengutamakan proteksi. Itulah kenapa kekebalan kelompok atau herd immunity menjadi tujuan dari program vaksinasi. Ditambah lagi dengan protokol kesehatan demi melindungi diri dan orang-orang yang belum mendapatkan vaksin,” tutup dr. Reisa.

Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat UI Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH.,Dr. PH mengatakan, dari kacamata ekonomi kesehatan, vaksinasi adalah metode pencegahan yang efisien.

Sebagai ilustrasi, katakanlah biaya vaksinasi COVID-19 seharga 900 ribu rupiah, maka kita bisa mencegah diri dari penularan penyakit.

Jika dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan apabila terkena COVID-19,rata-rata perawatannya memerlukan 9-10 hari, maka biaya perawatan sangat mahal.

‘’Vaksinasi lebih efisien. Apabila kita bekerja sehari mampu menghasilkan 500 ribu maka kita bisa kehilangan potensi penghasilan 5 juta akibat dirawat COVID-19,” terang Prof Hasbullah.

Prof. Hasbullah menuturkan, akibat COVID-19, anggaran belanja negara defisit hingga lebih dari 1.000 triliun rupiah. Sebab, adanya COVID-19 yang tidak teratasi membuat perekonomian tidak bergerak.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan