Dalam agama Islam, menjadikan penjagaan nasab sebagai keturunan, harus wajib dijaga. Karena itu, Islam melarang keras perzinahan.
Dan orang-orang Arab dikenal memiliki tradisi kuat dalam pengawasan nasab mereka. Upaya yang kuat dalam menjaga nasab mereka genealogikan dengan syajaratun nasab (pohon nasab).
Kurang kuatnya tradisi Yahudi dalam menjaga nasab diperparah dengan pemahaman pemahaman matrilineal (mengambil nasab dari jalur ibu) yang berkembang di antara mereka.
Pada abad kedua, rabi-rabi Yahudi mengubah tradisi patrilineal menjadi matrilineal. Mereka menyatakan inilah yang mengajar Talmud.
Keyakinan ini terus berkembang di kalangan Yahudi ortodoks. Adapun orang-orang Yahudi Amerika tidak begitu mempersoalkan masalah itu.
Menurut mereka jika salah satu dari orang tua, ayah atau ibu seorang Yahudi dan sang anak tumbuh sebagai seorang Yahudi, maka ia Yahudi. Dengan demikian semakin ranculah nasab orang-orang Yahudi.
Selain itu, dari sisi agama yang dibawa oleh para nabi dan rasul adalah agama tauhid, mengesakan Allah dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun. Itulah agama Islam.
Tidak ada seorang pun nabi atau rasul yang membawa ajaran ajaran dari ajaran tauhid ini. Oleh karena itu, Allah Ta’ala membantah penisbatan Nabi Ibrahim kepada agama Yahudi.
Allah Ta’ala berfirman,
مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَٰكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَيما كشم
“Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali dia termasuk golongan orang-orang musyrik.” (QS. Ali Imran: 67).
Kemudian, agama para nabi dan rasul, agama Islam, tidak memandang nasab hanya berdasarkan garis keturunan, tetapi juga menyertakan keimanan. Sebagaimana kisah Nabi Nuh
وَنَادَىٰ نُوحٌ رَبَّهُ فَقَالَ رَبِّ إِنَّ ابْنِي مِنْ أَهْلِي وَإِنَّ وَعْدَكَ الْحَقُّ وَأَنْتَ أَحْكَمُ. قال يا نوح إنه ليس من أهلك إنه عمل غير صالح فلا تسألن ما ليس لك به علم إني أعظك أن تكون من الجاهلين
Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: “Ya Tuhanku, sebenarnya anakku termasuk keluargaku, dan sebenarnya janji Engkau yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya ”. Allah berfirman: “Hai Nuh, benar-benar dia termasuk keluargamu, benar-benar (perbuatan) perbuatannya yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak tahu (hakekat) nya. Aku menasihatimu agar (engkau) tidak termasuk orang yang bodoh.”(QS. Hud: 45-46).