Mengenal Komunitas Bambu dan Sosok JJ Rizal

DEPOK – Bagi mereka yang sudah terbiasa melahap buku-buku sejarah dan budaya nusantara, mungkin tak asing lagi ketika mendengar nama ‘Komunitas Bambu’. Pasalnya, Komunitas Bambu atau sering disebut Kobam merupakan salah satu penerbit terkemuka di tanah air yang sejak awal berdiri hingga sekarang, konsisten memproduksi pengetahuan yang kaya akan nuansa sejarah nusantara.

Berdiri sejak 20 Mei 1998, Kobam – sebagai salah satu embrio produsen gagasan – dalam perjalanannya tidak bisa dilepaskan dari sosok sejarawan muda berdarah Betawi, JJ Rizal. Berkat tangan dingin dari alumnus Universitas Indonesia itu, Kobam yang awalnya hanyalah sebuah divisi penerbitan dari sekian divisi yang ada di dalam Komunitas Bambu, menjelma menjadi sebuah lembaga penerbitan buku profesional yang namanya bahkan mencuat hingga seantero nusantara.

Saat ditemui jurnalis Jabarekspres.com di kediamannya, di Jl. Taufiqurrahman No.3, Beji Tim., Beji, Kota Depok, sosok yang dikenal kritis terhadap kekuasaan itu dengan lugas menceritakan kronologi didirikannya Kobam. Menurutnya, kehadiran Kobam sendiri merupakan respons terhadap krisis yang melanda republik Indonesia, khususnya di masa-masa pemerintahan Presiden Soeharto.

“Komunitas bambu itu berdiri tahun 1998, tanggal 20 Mei. Waktu itu memang berangkat dari kegelisahan mencari asal usul krisis. Krisis tahun 1998 itu sebenarnya dari mana asal-usulnya. Ada yang menjawab dari masalah ekonomi, krisis politik, tapi waktu itu diskusi kami mengarah pada krisis nilai. Jadi krisis kita itu bukan krisis ekonomi atau krisis politik, tapi jauh lebih fundamental yaitu krisis nilai,” ujar JJ Rizal kepada wartawan, Rabu (14/4).

Dikatakan Rizal, untuk tiba pada kesimpulan krisis nilai bukan merupakan sebuah perkara mudah. Sebab kata dia, penarikan konklusi tersebut dilalui dengan cara penelaahan yang sungguh-sungguh terhadap problem fundamental bangsa. Semua itu dibasiskan pada riset dan kajian mendalam, sehingga bukan sebuah keputusan yang instan ataupun tergesa-gesa.

Rizal lalu mendemonstrasikan metode berpikir yang digunakan rekan-rekannya saat itu ketika mendedah akar persoalan di republik ini. Cara berpikir yang digunakan tak lain mempertanyakan setiap masalah yang ada hingga menemukan pangkal dari setiap persoalan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan