Pemimpin Peduli Pendidikan

Ketiga, tim kerja yang profesional. Tim ini menjadi sangat penting untuk menentukan arah dan capaian yang diinginkan. Bukankah akan menjadi amburadul manakala menempatkan orang tidak sesuai dengan keahliannya? Tidak jarang karena kedekatan, balas budi, atau cara lain yang tidak terpuji “ujug-ujug” memegang jabatan. Padahal jelas-jelas kridibilitasnya perlu diperanyakan.

Keempat, infastruktur. Mau tidak mau infastruktur harus diperbaiki, tidak ada lagi alasan jalan rusak, jelek atau transportasi belum sampai, juga infastrutur lainnya. Dengan bekerja sama berbagai pihak akan lebih mudah direalisasikan, misalnya bagaimana pemanfaatan dana desa yang selama ini kucuran dananya melimpah.

Berikutya yang tidak kalah penting untuk mengimbangi revolusi industri 4.0 adalah bank data. Seluruh komponen di atas tidaklah berarti apa-apa, jika tidak diikat dalam satu file. Bisa jadi SDM yang berkualitas akan mudah lepas begitu saja, karena kita tidak tertib dalam pendataan. Bank data ini mengefektifkan kinerja kita, baik waktu maupun biaya. Saat kita perlu data cukup membuka file, tidak harus berulang-ulang guru atau pelaku pendidikan harus mengumpulkan dokumen yang diperlukan.

Terakhir tidak mengumbar janji, jika nantinya tidak teralisasi. Sebab tidak jarang, SDM berprestasi diiming-iming hadiah ternyata sampai berakhir kepemimpinan tidak dilaksanakan. Misalnya, janji dapat beasiswa, pergi keluar negeri, dan iming-iming lainnya terbang ditelan awan.

Mudah-mudahan harapan kita pemimpin yang peduli pendidikan dan merealisasikan janjinya ketika berkampanye. Bukankah demikian? (*)

*) Penulis, Asesor Buku Nonfiksi dan Penyuntingan, Wakasek Kurikulum SMPN 1 Cangkuang.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan