Bersyukur atas Nikmat Allah

Dalam hal ini Rasulullah Saw bersabda, : “Aku mengagumi seorang mukmin. Bila memperoleh kebaikan dia memuji Allah dan bersyukur. Bila ditimpa musibah dia memuji Allah dan bersabar. Seorang mukmin diberi pahala dalam segala hal walaupun dalam sesuap makanan yang diangkatnya ke mulut istrinya.” (HR. Ahmad & Abu Dawud).

Dalam hadits yang lain Nabi Saw. bersabda, : “Barangsiapa memperoleh suatu yang makruf maka hendaklah menyebutnya karena berarti dia mensyukurinya, dan kalau merahasiakannya (berarti) dia mengkufuri nikmat itu.” (HR. Atthabrani).

Ketahuilah bahwa bersyukur kepada Allah akan melahirkan sifat qana’ah (merasa cukup), sedangkan kufur nikmat melahirkan sifat tamak dan rakus. Bersyukur mendatangkan ketenangan bagi jiwa, sedangkan sifat tamak mendatangkan kecemasan, kegelisahan, dan keluh-kesah.

Jika kita merasa bahwa Allah Swt. tetap memberikan kenikmatan-Nya kepada kita padahal kita bermaksiat kepada-Nya, maka hati-hatilah. Dan kehati-hatian itulah haruslah diwujudkan dengan menaati dan bersyukur kepada-Nya.

Salah seorang sahabat berkata, “Jika sampai kepada kita berbagai kenikmatan maka janganlah kita lari, walaupun dengan sedikit bersyukur.” Oleh karena itu harus dicamkan oleh kita, bahwa maksud bersyukur ialah adanya pengertian dan kesadaran bahwa semua nikmat yang ada pada diri kita, baik lahir maupun batin, adalah dari Allah Swt, sebagai karunia dan pemberian daripada-Nya.

Tanda bersyukur adalah, adanya perasaan gembira terhadap keberadaan nikmat pada diri yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan amal ibadah dan pendekatan diri kepada-Nya. Tanda bersyukur lainnya ialah, memperbanyak ucapan syukur dan terimakasih kepada Allah Swt. dan memuji-Nya dengan lisannya.

Sabda Rasulullah Saw, “Sekiranya salah seorang dari umatku diberi dunia dan isinya, kemudian ia mengucapkan al-Hamdu lil Lah , niscaya ucapan al-Hamdu lil-Lah itu lebih utama dari dunia dan isinya.” “Yang paling pandai bersyukur kepada Allah adalah orang yang paling pandai bersyukur kepada manusia.” (HR. Athabrani). “Iman terbagi dua, separo dalam sabar dan separo dalam syukur.” (HR. Al Baihaqi).

Tanda bersyukur yang lain ialah, mengerjakan ketaatan kepada Allah Swt. seraya memohon pertolongan kepada-Nya dalam menjalankan ketaatan itu dengan nikmat-nikmat-Nya. Hendaknya kita menggunakan segala kenikmatan itu pada tempat-tempat yang diridai Allah, dan itulah puncak segala perwujudan rasa syukur.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan