Kisah Meningkatnya Sentimen Anti Asia di AS yang Picu Kampanye #StopAsianHate

“Saya ingin dia mengerti. Karena saya pikir, setidaknya bagi saya, memahami hal-hal ini adalah langkah pertama untuk menemukan solusi,” kata Stuber.
Psikolog dan profesor yang berbasis di Los Angeles, Dr Michi Fu, mengatakan bahwa alamiah bagi orang tua untuk mencoba menahan diskusi terkait topik-topik yang sulit “karena mereka merasa mereka tidak memiliki alat-alat yang tepat atau mereka merasa mereka harus mengatakan sesuatu yang sempurna”.
Trauma atas rasisme, baik yang dialami secara personal atau disaksikan secara langsung atau tidak langsung, dapat membawa akibat yang mengerikan terhadap kesehatan mental dan fisik seseorang, kata Fu.
“Jika para perawat kita dapat memberikan contoh dengan bersuara, itu dapat memberikan pesan yang sangat jelas.”

Membahas Diskriminasi Asia dengan Anak-Anak

Bersamaan dengan katalis baru terhadap sentimen anti-Asia, isolasi yang terjadi karena pandemi juga melindungi anak dari tindakan itu secara langsung. Sebab, mereka kebanyakan berada di rumah dan tidak ke sekolah.
Yoko Kobayashi mengatakan, ia dan suaminya mungkin akan mendiskusikan anti-Asia dan kejadian  setahun terakhir dengan putra 11 tahun mereka. Hal itu sebagai bagian dari percakapan kembali ke sekolah yang mungkin mulai pada Agustus.
“Dalam konteks yang akan kami bahas, sejumlah isu terkait hal yang terjadi satu tahun terakhir ini.” Kata Kobayashi, seorang warga negara Jepang yang tinggal di Washington, Virginia.
Di Floral Park yang kecil di New York, Annie Lee menghadapi kesulitan. Lee ingin para putranya, yang berusia 4,5 dan 9 tahun, menyadari potensi ancaman. Namun ia khawatir mereka ketakutan mengingat usia mereka yang begitu muda.
“Saya ingin mereka memiliki masa kanak-kanak yang normal. Dan tak harus khawatir terkait hal-hal tertentu,” kata warga Amerika keturunan Taiwan itu. “Namun pada saat yang sama saya ingin mereka melindungi diri jika sesuatu terjadi.”
Sejauh apa anak-anak perlu menyadari diskriminasi yang mungkin mereka hadapi menjadi diskusi antara Lee dan suaminya Kenji. Mereka kerap menjadi target perundungan dan penghinaan rasial saat tumbuh besar.
“Bahwa sekarang kami memiliki dua anak laki-laki adalah sesuatu yang sangat, sangat menonjol dalam pemikirannya. Bagaimana mengajar anak kami dan bagaimana melindungi diri mereka sendiri, sehingga kami melakukannya. Kami memiliki pandangan yang berbeda tentang itu.”

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan