EKSKLUSIF: Intip Pengolahan Tembakau Desa Jatiroke yang Memiliki Cita Rasa Berbeda

“Cuaca mah tiap musim hujan aja. Karena tiap daun udah mateng tuh, kalau sering kena hujan bisa jadi rusak rasanya nanti. Makanya kita penanaman di bulan 2 atau 3, pas peralihan musim aja, dari musim hujan ke musim panas,” pungkasnya.

Matahari semakin tinggi kala itu. Setelah cukup melihat tanaman tembakau milik Supriatna, kami pun kembali ke sebuah tempat berteduh para petani (saung).

Sambil berjalan menuju saung, jabarekspres.com terus menggali informasi mengenai pengolahan tembakau petani Desa Jatiroke.

Panas terik matahari menyalakan semangat Supriatna yang dengan senang hati menjelaskan terkait pengolahan daun tembakau petani Desa Jatiroke yang sempat naik daun karena cita rasanya yang khas.

“Kalau pohonnya mah kita jenis pohonnya sama, sama kaya petani lain. Kalau enggak salah jenisnya Deli. Cuma pengolahannya kayaknya beda. Makanya rasa bako di kita juga beda,” ujar Supriatna.

Sambil berjalan melewati kebun kopi dan kolam ikan lele, jabaekspres.com melanjutkan perbincangan dengan Supriatna mengenai pengolahan tembakau di Desa Jatiroke, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang.

Dalam penuturannya, Supriatna membuat jabarekspres.com terkagum. Pasalnya pengolahan tembakau di Desa Jatiroke ternyata cukup unik.

Setelah panen, selain digiling hingga menjadi bahan utama rokok, para petani di Desa Jatiroke tidak hanya menjemur tembakau tersebut.

Dari penjelasan Supriatna, setelah dijemur, untuk tembakau-tembakau yang nantinya menjadi bahan utama rokok itu, mereka lakukan pengembunan.

“Diambil, disebit, dipeyeum (didiamkan/fermentasikan) terus dijemur. Dijemurnya sehari juga kalo cuaca panas mah jadi, malemnya di ibun (diembunkan) di luar, biar rasanya makin enak, kamin kerasa,” tutur Supriatna.

Ia menjelaskan bahwa setiap tembakau yang sudah digiling kemudian didiamkan terlebih dahulu.

Setelah itu, saat pagi sebelum fajar menyingsing, tepatnya pada pukul 3.00 WIB, para petani tembakau mulai menyusun tembakau yang kemarin telah digiling dan disimpan agar diembunkan.

Hal tersebut supaya tembakau basah karena menyerap embun yang nantinya dapat berpengaruh terhadap rasa dari tembakau ketika siap menjadi bahan utama rokok.

“Setiap jam tiga subuh, kita keluarin bako-bakonya, disusun buat diibun (diembunkan), biar basah, tapi bukan basah disiram, beda,” tutur Supriatna.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan