Demi Stok Vaksin, Indonesia Gandeng 5 Negara Sekaligus

JAKARTA – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin membeberkan alasan Indonesia membeli vaksin COVID-19 di banyak negara. Salah satunya karena khawatir negara pembuat vaksin menahan penjualan atau embargo.

“Kita takut kalau ada apa-apa atau ada embargo dari suatu negara. Ini sudah kejadian. AstraZeneca itu punya Inggris dan sekarang mereka menahan. Kemarin mau kirim ke Australia. Tetapi mereka tahan untuk rakyatnya dulu,” Budi, Kamis (11/3).

Dia menyebut Indonesia beruntung tidak membeli vaksin AstraZeneca dari Inggris. Tetapi membeli vaksin jenis itu dari Korea Selatan dan India. Saat ini, lanjut Budi, Indonesia menjalin kerjasama dengan lima negara penyedia vaksin COVID-19. Yakni Tiongkok produsen vaksin SinoVac, Korea Selatan dan India vaksin AstraZeneca, Jerman vaksin Pfiser dan Amerika vaksin Novavax. Khusus vaksin AstraZeneca buatan Korsel dan India saat ini sudah tiba sebanyak 1 juta dari 11 juta dosis. Vaksin itu merupakan kerjasama multilateral dengan WHO untuk negara-negara berkembang.

“Amerika punya vaksin. Namanya Johnson dan Johnson (J&J) yang cuma sekali suntik. Namun, itu tidak boleh keluar dari negaranya. Vaksin ini rebutan sekali. Kenapa kita memilih empat. Karena kalau satu nyangkut, kita ada di tempat lain,” paparnya.

Budi menyebut suplai vaksin di Indonesia hingga Juni mendatang diperkirakan baru mencapai 80 hingga 90 juta dosis. Jumlahnya sekitar 24 persen dari total kebutuhan. Yaitu 363 juta vaksinasi yang menyasar 181,5 juta orang dan juga untuk suplai terbesar diperkirakan mencapai 75 hingga 76 persen yang akan berlangsung pada Juli hingga Desember 2021.

Menurutnya, keterbatasan ketersediaan vaksin ini membuat pemerintah harus berusaha keras mengatur jadwal pelaksanaan vaksinasi agar dilakukan secara bertahap. Tujuannya supaya tidak ada kegiatan vaksinasi yang terhenti.

“Banyak yang bilang negara lain bisa suntik satu juta per hari. Saya bilang kalau kita juga satu juta per hari, selama tiga hari selesai. Terus satu bulan berikutnya ngapain,” ucapnya.

Budi menjelaskan pemerintah menargetkan peningkatan jumlah vaksinasi harian dari Februari lalu hanya sekitar 100 ribu vaksinasi per hari. Pada Maret hingga April dinaikkan menjadi 500 ribu vaksinasi per hari. Kemudian pada Mei dan Juni ditargetkan mencapai satu juta vaksinasi per hari. Selanjutnya Juli hingga Desember bisa mencapai lebih dari satu juta vaksinasi per hari. (fin)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan