Nulungan Anjing Kadempet dalam Dinamika Politik Indonesia

Pada awalnya masyarakat dan pengamat memandang ini hanya sebuah strategi  untuk mendongkrak elektabilitas dan popularitas AHY menjelang kontestasi pilpres 2024, sekaligus mendongkrak posisi partainya.

Namun isu itu benar adanya, dengan diselenggarakannya Kongres Luar Biasa (KLB) yang diketuai oleh Jhoni Allen Marbun di hotel The Hill and Resort Sibolangit, Jumat, 5 Maret 2021, dan menetapkan Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko sebagai Ketua Umum.

Moeldoko terpilih berdasarkan hasil voting cepat. Calon lainnya, yakni Marzuki Alie, memutuskan mundur, dan kemudian, KLB menunjuknya sebagai Ketua Dewan Pembina.

Terkait upaya kudeta tersebut, AHY menegaskan bahwa KLB yang digelar di Deli Serdang, Sumatera Utara, tidak sah, ilegal, dan inkonstitusional. Sebab, kongres tidak berdasarkan AD/ART Partai Demokrat yang telah disahkan oleh Kementerian Hukum dan HAM.

Berdasarkan AD/ART, KLB baru dapat diselenggarakan apabila disetujui, didukung, dan dihadiri oleh dua pertiga dari jumlah Dewan Pimpinan Daerah (DPD) dan setengah dari jumlah Dewan Pimpinan Cabang (DPC).

Tak hanya itu, penyelenggaraan KLB juga mesti disetujui oleh Ketua Majelis Tinggi Partai. Ketiga klausul tersebut, menurut AHY tidak dipenuhi.

Peristiwa seperti yang terjadi pada partai Demokrat, sebelumnya juga terjadi pada partai Berkarya, dimana Tommy Soeharto kendali partainya direbut oleh Muchdi Purwopranjono, seorang purnawirawan yang oleh Presiden Soeharto dianggap sebagai kadernya.

Awal konflik adalah ketika sejumlah pengurus Partai Berkarya yang menamakan diri sebagai ‘Presidium Penyelamat Partai Berkarya’ menggelar musyawarah nasional luar biasa (Munaslub), mengevaluasi gagalnya Partai Berkarya menembus parlemen 2019-2024, dan ingin mengganti pimpinan partai Tommy Soeharto.

Meskipun Tommy Soeharto sudah membubarkan Munaslub, namun Munaslub tetap digelar pada tanggal 12 Juli 2020 dan menetapkan Muchdi PR yang merupakan ‘anak ideologis’ Soeharto terpilih menjadi Ketum.

Yang menarik adalah, Partai Berkarya pimpinan Muchdi PR kemudian mendukung pemerintahan Jokowi dan Ma’ruf Amin. Padahal, Partai Berkarya ‘Tommy Soeharto’ mendukung Prabowo-Sandiaga di Pilpres 2019. Meskipun pengadilan telah mengesahkan kepengurusan partai di bawah Ketum Tommy Soeharto, namun riak-riak konflik pada partai berlambang beringin belum usai.

Tinggalkan Balasan