Sudah 18 Orang Tewas, Demonstran di Myanmar Kembali Unjuk Rasa

Tidak terlihat di depan umum sejak penahanannya, Suu Kyi dijadwalkan menjalani sidang pengadilan pada Senin atas tuduhan impor radio komunikasi secara ilegal dan melanggar UU bencana alam dengan melanggar protokol pencegahan virus corona.

Kudeta, yang menghentikan langkah Myanmar menuju demokrasi setelah hampir 50 tahun pemerintahan militer, telah menarik ratusan ribu demonstran ke jalan dan kecaman dari negara-negara Barat.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken mengutuk apa yang disebutnya sebagai “kekerasan yang menjijikkan” oleh pasukan keamanan, sementara Menteri Luar Negeri Kanada Marc Garneau mengatakan penggunaan kekuatan mematikan oleh militer terhadap rakyatnya sendiri “mengerikan”.

Pelapor khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hak asasi manusia di Myanmar Tom Andrews mengatakan jelas serangan junta akan terus berlanjut sehingga komunitas internasional harus meningkatkan tanggapannya.

Dia mengusulkan embargo senjata global, lebih banyak sanksi dari lebih banyak negara terhadap mereka yang mendalangi kudeta, sanksi terhadap bisnis militer, dan rujukan Dewan Keamanan PBB ke Pengadilan Kriminal Internasional.

“Kata-kata kutukan diterima tetapi tidak cukup. Kita harus bertindak,” kata Andrews dalam sebuah pernyataan.

“Mimpi buruk di Myanmar yang terbentang di depan mata kita akan bertambah buruk. Dunia harus bertindak,” tambahnya.

Orang-orang menghormati kematian para demonstran dengan mawar merah dan putih, melingkari bunga kuning, putih, dan merah muda di depan sebuah sekolah di mana seorang pengunjuk rasa tewas.

Peringatan kecil diadakan untuk para korban, dengan lilin menyala di depan rumah-rumah pada Minggu malam. (antara)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan