Usai Liburan Semester Ganjil, Kluster COVID-19 di Pesantren Meningkat

Sedangkan pada Oktober 2020, kata Fahriza, tercatat 700 santri positif covid-19 dan pada November 2020 mencapai 940 santri. Tercatat, ada ponpes di kabupaten Banyumas angka kasus santri positif mencapai 328 orang, bahkan Ponpes di Banyuwangi kasus santri positif covid paling banyak, yaitu mencapai 622 santri.

“Dari jumlah tersebut, selain santri sudah termasuk pengelola, pegawai dan pimpinan pondok pesantren, hanya jumlahnya 99 persen didominasi santri,” katanya.

“Total dari data yang dikumpulkan FSGI mencapai lebih dari 3.000 kasus covid 19 hanya dari klaster pondok pesantren dalam tiga bulan saja pada 20 pondok pesantren,” imbuhnya.

Ketua Satkor Covid-19 RMI PBNU KH Ulun Nuha dalam keterangannya menilai, bahwa penyebaran Covid-19 di pesantren turut dipicu penanganan yang tak optimal, sektoral, dan kurang terpadu.

Sebagai contoh, program tes usap massal untuk pesantren tidak diawali dengan edukasi serta komunikasinya kurang optimal. Akibatnya, di beberapa daerah banyak terjadi penolakan program tes swab oleh pesantren.

“Ini terjadi karena tidak diawali dengan edukasi, apalagi situasinya di luar banyak hoaks terkait dengan Covid-19. Ada yang mengatakan bahwa pesantren akan di-Covid-kan, beredar video yang mengatakan seperti zaman PKI dan lain sebagainya,” kata Kiai Ulun.

Menurut Kiai Ulun, sebetulnya simpel sekali kalau program tes swab ini dikomunikasikan dengan baik bersama ulama, lembaga keagamaan, seperti NU dan Muhammadiyah.

“Maka hasilnya akan sangat berbeda karena diawali dengan edukasi. Apalagi, ulama yang berbicara. (Pesantren) bukannya menolak, pasti orang akan antre minta di-swab,” ujarnya.

Dia juga menyayangkan komunikasi yang tidak berpihak pada pesantren. Ketika ada santri yang positif Covid-19, terkadang diumumkan kepala daerah di media sosial.

“Bahkan, ada yang berkomentar dengan nada miring bahwa pesantren ini sebagai sarang penyakit dan menyebarkan virus. Ini akan menimbulkan stigma yang efeknya bisa jangka panjang ke pesantren dan sangat tidak menguntungkan,” tuturnya.

Sementara itu, Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kemenag, Waryono Abdul Ghafur juga mengungkapkan, pihaknya telah melakukan berbagai upaya meminimalisasi penyebaran Covid-19 di pesantren. Namun, ia mengakui ada sejumlah kendala yang dihadapi pesantren dalam pembelajaran daring.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan