Kudeta Myanmar, Tentara Blokir Akses Facebook

MYANMAR – Beberapa hari seusai menggulingkan pemerintahan Aung San Suu Kyi yang terpilih sah secara demokratis, tentara Myanmar mulai gencar membatasi sekaligus menghalangi para pengguna Facebook untuk menyebarkan jajak pendapat.

Facebook disinyalir telah menjadi salah satu alat komunikasi paling populer di Myanmar, medsos tersebut bahkan digunakan untuk mengoordinasikan kampanye pembangkangan sipil yang membuat petugas kesehatan di puluhan rumah sakit memilih keluar dari pekerjaan mereka pada hari Rabu (3/2) untuk memprotes tindakan militer.

Hal demikian juga dilakukan oleh warga sipil, di mana para penduduk dibawa ke balkon mereka untuk memukul panci dan wajan , sebuah tindakan simbolis untuk mengusir kejahatan.

Kementerian Komunikasi dan Informasi Myanmar mengatakan, Facebook yang digunakan oleh setengah dari 53 juta orang Myanmar akan diblokir hingga Minggu (7/2), dan memberikan cap pada penduduk sipil yang melakukan protes via FB sebagai “pengganggu stabilitas negara” yang menggunakan medsos untuk menyebarkan “berita palsu dan informasi yang salah”.

Dilansir dari The Guardian, pihak Facebook telah mengonfirmasi bahwa mereka mengetahui gangguan tersebut. Sementara NetBlocks, yang memantau pemadaman internet di seluruh dunia, mengatakan penyedia layanan di Myanmar juga memblokir atau membatasi akses ke Instagram dan WhatsApp, yang juga dimiliki oleh Facebook.

Reuters melaporkan bahwa upaya untuk memblokir media sosial tersebut tidak merata karena beberapa masih dapat mengakses situs tersebut. Mengakali hal demikian, sejumlah pihak yang lain memlih untuk mengubah jaringan pribadi virtual (VPN) yang diunduh untuk menghindari batasan.

Terlepas dari upaya tentara untuk melarang aktivisme, protes terus bermunculan. Pada hari Kamis (4/2), protes jalanan pertama terhadap kudeta militer terjadi di kota Mandalay, di mana sekelompok kecil meneriakkan: “Pemimpin kami yang ditangkap: bebaskan sekarang, bebaskan sekarang”. Kelompok itu dengan cepat dikejar oleh polisi anti huru hara.

Aung San Suu Kyi, yang ditahan dalam penggerebekan pada Senin pagi, didakwa pada Rabu (3/2) dengan kepemilikan walkie-talkie yang diimpor secara ilegal, yang dapat dijatuhi hukuman dua tahun penjara. Dia belum terlihat secara publik sejak penangkapannya.

Pesan-pesan yang dibagikan di Facebook sebelum protes malam minggu ini mengatakan kepada orang-orang untuk pergi ke balkon mereka dan berteriak: “Kami berdoa agar Aung San Suu Kyi sehat”; “Kami berdoa agar Myanmar menerima kebebasan”; dan, “Kami berdoa semoga kendali militer berakhir”. (the guardian)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan