Makamkan Jenazah Korban Covid-19 di Cikadut, Keluarga Terjun Langsung

BANDUNG – Salah satu keluarga korban Covid-19 mengangkat serta menguburkan jenazah lengkap menggunakan alat pelindung diri. Almarhum Amir Setiawan yang meninggal akibat Covid 19 pada Kamis (28/1) diangkat oleh anggota keluarganya dari ambulans menuju liang lahat di tempat pemakaman umum (TPU) Cikadut.

Menurut salah satu anaknya, Dani mengatakan, dirinya mengetahui informasi mengenai para pengangkat peti jenazah Covid-19 melakukan mogok kerja.

“Katanya sih kemarin ada yang demo, gatau (kenapa). Karena kita juga baru pertama kesini. Dari sekarang ke depan kayanya dari pihak keluarga ya (pengangkutan jenazah),” ungkap Dani kepada Jabar Ekspres di TPU Cikadut Kota Bandung.

Dani dan anggota keluarga lainnya tidak merasa keberatan jika harus mengangkat jenazah langsung. Dia sebelumnya juga berkoordinasi dengan pihak pengelola TPU Cikadut terkait penyediaan APD.

“Karena disarankan oleh pihak rumah sakit harus pakai APD jadi kita mengikuti aja. Soalnya kita dikasih pinjem APD nya. Dipinjam dan enggak beli sendiri,” ungkapnya.

Sementara itu, anggota keluarga lainnya Cepi mengungkapkan, tidak tahu soal pemasangan tarif yang ramai diributkan. Namun menurutnya, seharusnya itu ditanggung oleh pemerintah.

“Ya bagusnya mah ada jasa panggul dari sini. Karena kalau yang pemakaman malam hari itu pihak keluarga. Harusnya ada yang jaga. Pemerintah kan ngasih tau harus nerapin protokol kesehatan, otomatis pemerintah harusnya ada yang nyiapin,” ungkapnya.

Menurutnya, rumah sakit tempat ayahnya dirawat juga sempat menginformasikan terkait pengangkutan jenazah kepada Cepi. “Itu dikasih tau kalau disini enggak ada pengangkut jenazah untuk siang hari,” katanya.

Terpisah, salah satu pemikul peti jenazah Covid-19 yang melakukan mogok kerja, Farhan menceritakan, awalnya terdapat penolakan dari warga untuk menjadikan TPU Cikadut menjadi tempat pemakaman pasien Covid-19.

“Pertama ada enam peti mayat Covid-19 itu enggak ada yang mikul, waktu sebelum dipisah jadi lahan khusus. Cuman saya juga manusia, kasian, saya sama temen gimana kalau kita angkat. Ada sebagian orang juga bilang awas tular itu kan balik lagi ke kepercayaan kita juga. Ah lahaula aja kita angkat. Nah disitu kita enggak narif, waktu awalnya aja kita enggak narif harus bayar sekian, enggak,” ungkapnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan