Hutan Lindung di Ujung Tanduk, Aktivitas Pembangunan Diduga Jadi Pemicu Banjir Bandang

Disinggung mengenai banjir bandang di Puncak Bogor beberapa waktu lalu. Setiawan menganalogikan sebuah baskom yang diisi tanah saja dan baskom yang diisin tanah namun ada tanaman yang hidup.

Setelah itu, kata dia, kedua baskom tersebut disiram memakan air dengan volume curahan air yang sama. Menurutnya, jika baskom yang berisi air saja akan mengeluarkan air yang ketanah-tanahan. Bahkan mengeluarkan tanah pula.

Sedangkan air yang keluar dari baskom yang diatasnya terdapat tanaman hidup ketika disiram akan mengeluarkan air yang putih dan tanpa mengeluarkan tanah sedikitpun.

“Jadi ketika hujan datang sudah tidak ada lagi varitikal tanah yang tertahan yang tanaman terbawa ke aliran sungai kemudian kita harus mengeruk lagi,” jelasnya.

Sementara di daerah hulu seperti puncak Bogor jika tidak dibenahi maka bisa terjadi banjir bandang. “Ilustasi sepertu itu seluruh pemangku kebijakan harus paham. Disamping itu kita harus tegakan hukum terhadap aktivitas yang sebetulnya dilarang di lahan tersebut,” ungkapnya.

Untuk diketahui, banjir bandang di kawasan Gunung Mas Puncak, Kabupaten Bogor menyisakan berbagai persoalan. Penyebab banjir bandang masih menjadi teka-teki. Muncul kuat dugaan, faktor utama banjir karena rusaknya kawasan hutan milik PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII.

Untuk diketahui, dalam waktu 24 jam ratusan kepala keluarga (KK) diungsikan ke empat lokasi berbeda untuk menjamin protokol kesehatan (prokes) Covid-19 terjaga, sehingga menghindari klaster pengungsian.

Empat tempat yang jadi lokasi pengungsian masing- masing, Pondok Gunung Mas 48 KK atau 239 jiwa (199 dewasa, 40 balita); Rawa Dulang  8 KK atau 30 jiwa (24 dewasa, enam balita); Cirohani 2 KK atau15 jiwa, dan Kampung Pensiunan 111 KK sebanyak 416 jiwa. (mg1/drx)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan