Kaget Dor

Dengan kepercayaan seperti itu mereka tidak rela kalau ada yang menjelekkan Trump. Pihak yang menjelekkan itu selalu dinilai musuh nyata The Storm.

Bagi mereka fakta tidak penting. Kebenaran realitas pun kalah dengan kebenaran keyakinan.

Pokoknya mereka yakin Trump itu utusan Tuhan sebagai lambang The Storm. Yang tugasnya membasmi komplotan rahasia bermata tiga. Hanya Trump-lah yang akan mampu memberantas dijajal bermata tiga berikut komplotan rahasianya.

Mereka yang berpegang pada ”kebenaran keyakinan” seperti itu bisa melakukan apa saja. Termasuk mewujudkan perang suci. Salah satu Facebook mereka sudah ada yang mengindikasikan perlunya ada perang sipil lagi.

Itu bisa seperti ketika bangsa Spanyol membasmi suku asli di Amerika Latin. Lebih dari 500 tahun lalu. Pasukan pembasmi itu datang dari Spanyol. Dengan senjata yang belum pernah dikenal di Amerika Latin: senjata api. Yang bisa membunuh orang dari jarak jauh.

Para penyandang senjata itu membawa misi suci: menyelamatkan penduduk asli dari dosa kafir. Dengan dibunuh itu mereka pun diyakini bisa masuk surga.

Di mata penduduk asli mereka melakukan pembunuhan besar-besaran. Di mata pembunuh mereka melakukan penyelamatan besar-besaran.

FBI sendiri sudah mulai mengidentifikasi kelompok ekstrem pendukung Trump ini. FBI sudah menyatakan mereka itu berpotensi menjadi teroris lokal.

Dan lagi FBI sudah berpengalaman bagaimana John F. Kennedy tewas ditembak di dekat simpang tiga di Dallas, kota terbesar di Texas. Pengamanan pada seorang presiden kini sudah lebih canggih. Biden akan aman di tangan Paspampres zaman modern ini.

Kecuali nasib berkata lain.

Rasanya situasi yang diwarisi Joe Biden sekarang ini tidak mirip dengan zaman Kennedy. Kekalahan Trump sekarang ini lebih mirip dengan zaman terbunuhnya Presiden Abraham Lincoln.

Waktu itu, 1861, sebanyak 13 negara bagian di selatan minta memisahkan diri dari Amerika Serikat. Mereka membentuk negara sendiri: Konfederasi Amerika. Pun punya bendera sendiri.

Setelah perang empat tahun, 1865, mereka menyerah. Mereka kalah dalam perang sipil melawan negara-negara bagian di utara itu.

Panglima perang mereka, Jenderal Robert E Lee menyerahkan diri.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan